Kamis 07 Apr 2022 11:03 WIB

Aroma Muslihat Israel di Balik Pelonggaran Pembatasan Selama Ramadhan

Israel longgarkan pembatasan terhadap warga Palestina di Tepi Barat selama Ramadhan

Rep: Mabruroh/ Red: Nashih Nashrullah
 Tentara Israel, Ilustrasi. Israel longgarkan pembatasan terhadap warga Palestina di Tepi Barat selama Ramadhan
Foto:

Gantz juga mengatakan bahwa pihak berwenang akan terus bertindak tegas untuk melindungi pemukim di Tepi Barat dan bahwa Israel siap untuk memperluas prosedur sipilnya selama dan setelah Ramadhan, selama keamanan dan stabilitas memungkinkan. 

Pakar keamanan mengkritik upaya Israel untuk meminta Otoritas Palestina untuk menenangkan ketegangan dan mengurangi ancaman kekerasan, menunjukkan bahwa kebijakan pemerintah sebelumnya dan saat ini telah melemahkan PA dan layanan keamanannya. 

Pasukan PA, kata mereka, telah kehilangan status dan rasa hormat mereka di antara publik dan sekarang karena Israel meminta mereka untuk membantu mengendalikan situasi, mereka tidak dapat melakukannya, bahkan jika mereka bersedia. 

Keputusan Israel untuk melonggarkan pembatasan pada beberapa warga Palestina selama Ramadhan datang di tengah seruan dari beberapa pihak untuk penutupan total Tepi Barat, tindakan keras terhadap pengunjuk rasa, penarikan izin masuk dari kerabat mereka yang melakukan serangan terhadap Israel, dan peningkatan penggunaan kekerasan terhadap mereka yang menolak untuk tunduk.

“Keputusan itu diambil sebelum gelombang eskalasi baru-baru ini tetapi terlepas dari peristiwa itu, diputuskan untuk mempertahankan fasilitas dalam upaya menahan eskalasi,” pakar dan analis pertahanan Israel Eyal Alima. 

Dia mengatakan bahwa alasan di balik keputusan itu adalah upaya untuk menjaga jarak sejauh mungkin antara bentrokan kekerasan yang terjadi “dan mayoritas penduduk yang ingin menjalani kehidupan normal.” 

Keputusan pemerintah yang mempengaruhi kehidupan warga sipil sering memicu kemarahan dan kebencian di antara orang-orang Palestina. Ini tambahnya, mendorong beberapa pihak untuk menghadapi militer Israel, sehingga pihak berwenang berusaha untuk menghindari mengobarkan situasi sebanyak mungkin dengan cara yang membawa sedikit biaya politik bagi mereka.  

“Israel berusaha semaksimal mungkin untuk memperbaiki kondisi ekonomi, mengizinkan pekerja untuk pergi, dan selama bertahun-tahun bahkan mengabaikan keluarnya orang yang tidak berwenang melalui celah di pagar,” kata Alima. 

“Oleh karena itu, sholat di Al-Aqsha melayani kepentingan Israel dalam hal ini karena masyarakat Palestina pada umumnya ingin melakukan ritual Ramadhan, merayakan dan menjalani hidup mereka seperti biasa tanpa menghadapi pendudukan Israel,” ujarnya 

“Israel tidak kehilangan apa pun dan dapat mempertimbangkan kembali dan membatalkan fasilitas kapan saja,” kata Alima seraya mengingatkan. 

 

 

Sumber: arabnews   

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement