REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia mendukung seruan yang diluncurkan Sekretaris Jenderal PBB untuk membuat tim investigasi independen atas pembunuhan warga sipil di Kota Bucha Ukraina. Sebelumnya Ukraina mengatakan, ratusan jasad ditemukan di jalan-jalan kota Bucha seusai pasukan Rusia meninggalkan wilayah tersebut.
"Indonesia memiliki keprihatinan yang mendalam atas situasi yang saat ini terjadi di Ukraina dan korban meninggal, apakah itu dari warga sipil atau tentara atau penegak keamanan tentunya adalah hal-hal yang sangat disesalkan," ujar Juru Bicara Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) RI Teuku Faizasyah dalam pertemuan media pekanan secara virtual, Kamis (7/4/2022).
Faizasyah mengatakan, Indonesia sangat mendukung upaya yang diluncurkan Sekjen PBB dan UNHCR untuk dibuat tim investigasi independen dalam melakukan telaah atas kabar terjadinya hal-hal di luar kewajaran dalam peperangan terjadi dalam wilayah tertentu di Ukraina. Pemerintah Indonesia juga sangat mendukung adanya suatu penelitian atau kajian dari Sekjen PBB dan pihak-pihak terkait kekerasan di Bucha.
"Diharapkan dengan adanya investigasi independen akan memberikan kejelasan yang seluas luasnya atas apa yang terjadi terlepas dari berbagai pemberitaan," kata Faizasyah.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengatakan pembunuhan di Bucha bisa disebut genosida. Namun Rusia menyangkal bahwa pasukannya membunuh warga sipil saat menarik diri dari kota-kota dekat Kiev. Juru bicara Rusia Maria Zakharova mengatakan, Kiev berupaya mengganggu upaya perdamaian melalui provokasi di Bucha. Moskow meminta Dewan Keamanan PBB untuk bertemu guna mendiskusikan masalah ini.
Perang Rusia melawan Ukraina, yang dimulai pada 24 Februari, telah memicu kemarahan internasional. Uni Eropa, AS dan Inggris menerapkan sanksi keras terhadap Moskow.
PBB memperkirakan bahwa setidaknya 1.430 warga sipil telah tewas di Ukraina dan 2.097 terluka dan angka sebenarnya dikhawatirkan jauh lebih tinggi. Lebih dari 4,21 juta warga Ukraina juga telah melarikan diri ke negara lain, dan lebih dari 7 juta lebih pengungsi internal.