REPUBLIKA.CO.ID, LONDON – Kanselir Jerman Olaf Scholz mengatakan, negaranya dapat mengakhiri impor minyak dari Rusia tahun ini. Saat ini Eropa tengah berusaha mengurangi ketergantungan pasokan energinya dari Rusia setelah negara tersebut menyerang Ukraina.
“Kami secara aktif bekerja untuk menjadi independen dari impor minyak (Rusia) dan kami pikir kami akan bisa mencapainya selama tahun ini,” kata Scholz dalam konferensi pers bersama Perdana Menteri Inggris Boris Johnson di London, Jumat (8/4/2022).
Pada Kamis lalu, Uni Eropa menyetujui paket sanksi ekonomi baru untuk Rusia. Salah satu sanksi di dalamnya adalah larangan impor batu bara dari negara tersebut. Larangan bakal diterapkan mulai Agustus mendatang. Kendati demikian, Eropa masih terpecah perihal apakah produk gas dan minyak Rusia juga perlu diembargo.
Menurut lembaga kajian Bruegel, saat ini Eropa menghabiskan dana sekitar 450 juta dolar AS per hari untuk memperoleh minyak mentah dan produk olahan Rusia. Minyak dan produk minyak menghasilkan lebih dari sepertiga pendapatan ekspor Moskow tahun lalu.
Pada 2 April lalu, Lithuania memutuskan menyetop impor impor gas dari Rusia. “Mulai bulan ini, tidak ada lagi gas Rusia di Lithuania. Bertahun-tahun yang lalu negara saya membuat keputusan bahwa hari ini memungkinkan kami tanpa rasa sakit untuk memutuskan ikatan energi dengan agresor,” tulis Presiden Lithuania Gitanas Nauseda lewat akun Twitter resminya.
Dia pun seolah mendorong negara-negara Eropa untuk mengikuti jejak mereka. “Jika kami bisa melakukannya, seluruh Eropa juga bisa melakukannya,” tulis Nauseda.
Menteri Energi Lithuania Dainius Kreivys sepenuhnya mendukung keputusan Nauseda. “Strategi kemandirian energi yang diluncurkan pada 2009 telah mencapai salah satu tahap terakhirnya hari ini; tidak ada satu pun molekul gas Rusia yang akan memasuki sistem gas (Lithuania). Kebutuhan gas (Lithuania) akan dipenuhi sepenuhnya oleh terminal LNG Klaipėda. Lithuania tidak akan membeli gas apapun dari negara agresor,” tulis Kreivys lewat akun Twitter pribadinya.