REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan, negaranya tidak akan menutup diri dari dunia luar dan siap bekerja sama dengan semua mitranya yang ingin melakukannya. Meski sudah menghadapi sanksi ekonomi berlapis dari Barat atas keputusannya menyerang Ukraina, Putin menegaskan, tidak mungkin mengisolasi negara besar seperti Rusia.
“Kami tidak akan menutup diri. Di dunia saat ini, sangat tidak mungkin untuk mengisolasi sepenuhnya siapa pun, dan sama sekali tidak mungkin (mengisolasi) negara besar seperti Rusia. Oleh karena itu, kami akan bekerja sama dengan mitra-mitra kami yang ingin bekerja sama,” kata Putin dalam pertemuan dengan personel industri luar angkasa Rusia di Vostochny Spaceport, Selasa (12/4/2022), dikutip laman kantor berita Rusia, TASS.
Putin menjelaskan, pada 1961, dari sudut pandang teknologi, Uni Soviet benar-benar terisolasi. Kala itu negara berhaluan komunis itu pun menghadapi bermacam sanksi yang membidik beragam sektor. “Terlepas dari itu semua, Uni Soviet adalah yang pertama meluncurkan satelit bumi buatan, kosmonot pertama adalah kita, penerbangan pertama stasiun luar angkasa yang mencapai bulan juga milik kita, kosmonot wanita pertama, (Valentina) Tereshkova, juga milik kita,” ucapnya.
Dia mengatakan, di bawah kondisi isolasi teknologi yang masif, Uni Soviet bisa mencapai kesuksesan yang sangat besar. “Dapatkah Anda benar-benar berasumsi bahwa Rusia saat ini, dengan teknologi canggih, tidak akan dapat mengembangkan program luar angkasa lebih jauh (sampai 2030)?” tutur Putin.
Menurut Putin, keadaan sains dan teknologi global saat ini saling terkait, tapi bukan berarti Rusia bakal terputus. Ia meyakinkan bahwa Rusia akan tetap melanjutkan proyek antariksanya, termasuk pengembangan Vostochny Spaceport telah dipetakan hingga 2035.
Rusia sudah dijatuhi beragam sanksi ekonomi oleh Barat karena keputusannya menyerang Ukraina. Ratusan perusahaan asing telah menangguhkan sementara atau bahkan menghentikan bisnisnya di negara tersebut.
Perang Rusia-Ukraina yang berlangsung sejak 24 Februari lalu telah menyebabkan lebih dari 4,5 juta warga Ukraina mengungsi ke negara-negara tetangga. Itu menjadi krisis terburuk yang dihadapi Eropa sejak berakhirnya Perang Dunia II. Sementara di dalam negeri Ukraina, sekitar 6,5 juta orang dilaporkan kehilangan tempat tinggal. Mereka harus tinggal di tempat-tempat penampungan sementara.