REPUBLIKA.CO.ID, VIENNA -- Kanselir Austria Karl Nehammer pada Kamis (14/4/2022) mengatakan bahwa Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan kepadanya awal pekan ini bahwa pasokan gas ke Austria dapat terus dibayar dalam euro. Sebelumnya, Putin telah menyerukan pembayaran dalam rubel kepada 'negara-negara tidak bersahabat'.
"Dia (Putin) menjelaskan kepada saya bahwa pasokan gas terjamin, Rusia akan memasok jumlah yang disepakati dalam kontrak, dan pembayaran dapat terus dilakukan dalam euro," kata Nehammer seperti dikutip oleh kantor berita Austria APA.
Dia mengatakan bahwa beberapa negara Uni Eropa seperti Austria, Hungaria dan Bulgaria sangat bergantung pada gas alam Rusia. Ia menambahkan bahwa penyetopan pengiriman gas akan menyebabkan "bahaya serius" untuk industri dan masyarakat di Austria.
Nehammer mengunjungi ibu kota Ukraina, Kyiv pada 9 April dan kemudian ke Rusia pada hari yang sama di mana dia bertemu dengan Putin. Dalam waktu dekat, kata kanselir Austria, dia akan bertukar pandangan dengan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan tentang pertemuannya dengan Putin dan tentang pembicaraan damai yang dimulai di Istanbul.
Terkait kritik atas kunjungannya ke Rusia, Nehammer mengatakan bahwa pertemuan langsung lebih efektif daripada panggilan telepon.
Sejak awal perang antara Rusia dan Ukraina pada 24 Februari, negara-negara Uni Eropa telah mempertimbangkan larangan ekspor minyak dan gas Rusia. Namun, ketergantungan Eropa yang tinggi pada bahan bakar fosil Rusia telah membuat keputusan sulit bagi sebagian besar anggota blok tersebut.
Uni Eropa telah setuju untuk melarang batu bara Rusia dan Lithuania telah menjadi negara pertama yang meninggalkan penggunaan gas Rusia. Australia, Inggris, Kanada, dan AS telah menerapkan larangan total pembelian minyak Rusia.
Namun, Uni Eropa (UE) masih tidak dapat menyetujui embargo, dengan peringatan Jerman agar tidak membuat keputusan tergesa-gesa yang dapat mendorong ekonomi ke dalam resesi.