Ahad 17 Apr 2022 02:35 WIB

Aktivis Perubahan Iklim Tutup Lapangan Utama Paris, Protes Program Capres

Aktivis perubahan iklim Prancis memprotes program lingkungan capres

Red: Nur Aini
Aktivis dari Extinction Rebellion, ilustrasi. Para aktivis perubahan iklim memaksakan penutupan lapangan utama di pusat kota Paris pada Sabtu (16/4/2022) untuk memprotes program lingkungan yang diajukan oleh calon-calon presiden Prancis.
Foto: AP/Luca Bruno
Aktivis dari Extinction Rebellion, ilustrasi. Para aktivis perubahan iklim memaksakan penutupan lapangan utama di pusat kota Paris pada Sabtu (16/4/2022) untuk memprotes program lingkungan yang diajukan oleh calon-calon presiden Prancis.

REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Para aktivis perubahan iklim memaksakan penutupan lapangan utama di pusat kota Paris pada Sabtu (16/4/2022) untuk memprotes program lingkungan yang diajukan oleh calon-calon presiden Prancis.

The Extinction Rebellion (XR) telah mengatakan di lamannya bahwa mereka berencana untuk memblokir lokasi utama Paris untuk mengganggu siklus pemilihan itu dan sikap yang "seperti biasa". Meski biaya hidup merupakan tema utama pemilihan, kebijakan energi berkaitan erat dengan tema utama itu.

Baca Juga

Petahana Emmanuel Macron dan penantangnya dari sayap kanan ekstrem, Marine Le Pen, telah mengajukan kebijakan yang sangat berbeda pada sektor energi terbarukan.

"Kami memblokir alun-alun Paris ini untuk memberontak terhadap alternatif yang tidak kami miliki. Pemilihan ini membuat kami tidak punya pilihan antara kandidat sayap kanan ekstrem dengan ide-ide menjijikkan ... dan kandidat yang selama lima tahun mengesampingkan masalah ekologi dan berbohong," kata Lou kepada Reuters.

Lou, 26 tahun, adalah seorang guru sejarah, yang bergabung dengan gerakan Extinction Rebellion dua tahun lalu. Ratusan orang berkumpul di distrik 9 Paris mengacungkan spanduk yang menargetkan para kandidat, meneriakkan slogan-slogan seperti "kelambanan mereka mengarah pada pemberontakan kita", atau berbaring di lantai sebagai protes.

Hanya delapan hari menjelang putaran kedua yang akan menentukan siapa yang akan memimpin negara dengan ekonomi terbesar kedua di Uni Eropa itu untuk lima tahun ke depan, jajak pendapat menunjukkan presiden berhaluan tengah itu sedikit berada di depan pesaingnya dari sayap kanan ekstrem. Tapi, persaingan antara kedua kandidat tampaknya akan ketat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement