REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Amerika Serikat (AS) mengatakan pihaknya sangat prihatin atas kejadian penyerangan pasukan Israel kepada jamaah di Masjid Al Aqsha. Ada lebih dari 150 jemaah Palestina dilaporkan terluka dalam serangan pasukan Israel tersebut.
Pasukan Israel menembakkan granat tangan, gas air mata, dan peluru tajam pada Jumat (15/4/2022). Mereka menyerbu tempat suci itu sebelum sholat subuh dan sebanyak 400 warga Palestina dilaporkan juga ditangkap. Hingga kini, delapan warga Palestina masih dalam perawatan intensif.
"Kami menyerukan semua pihak untuk menahan diri (dan) menghindari tindakan provokatif dan retorika," kata juru bicara Departemen Luar Negeri Ned Price dalam sebuah pernyataan dilansir dari The New Arab, Sabtu (16/4/2022).
"Kami mendesak pejabat Palestina dan Israel untuk bekerja sama menurunkan ketegangan dan memastikan keselamatan semua orang," tambahnya.
Pasukan Israel telah meningkatkan kehadiran mereka di Tepi Barat yang dijajah dan memperkuat tembok dan pagar pembatas pada wilayah yang dijajah menyusul serangan baru-baru ini di dalam Israel.
Sebelumnya, Perdana Menteri Naftali Bennett dengan mudahnya memberikan "kebebasan penuh" kepada pasukan Israel untuk menanggapi serangan ini. Ia juga menyebut bahwa tindakan aparatnya bisa dilakukan "tanpa batasan" kepada warga Palestina.
Setidaknya 15 warga Palestina telah tewas sejak seruan Benney itu. Sebagian besar dalam serangan di kota Jenin di Tepi Barat dan sekitarnya.
Al Aqsa adalah situs tersuci ketiga Islam
Tahun lalu selama Ramadhan, pemukim Israel dan tentara secara teratur menyerbu kompleks suci ketika jamaah Muslim berkumpul. Ratusan jemaah Palestina terluka ketika tentara Israel menyerbu masjid pada Mei tahun lalu, yang ditanggapi Hamas dengan menembakkan roket dari Gaza.
Israel kemudian meluncurkan kampanye militer di jalur yang terkepung, yang mengarah ke perang 11 hari yang menghancurkan yang menewaskan lebih dari 200 warga Palestina, termasuk puluhan anak-anak.