Senin 18 Apr 2022 21:19 WIB

AS-Korsel Perkuat Pertahanan Hadapi Kekhawatiran Uji Coba Rudal Korut

Akhir pekan lalu, Korut melakukan uji coba senjata taktis.

Rep: Fergi Nadira/ Red: Dwi Murdaningsih
File foto Rudal Korut yang diluncurkan pada 2009
Foto: AFP
File foto Rudal Korut yang diluncurkan pada 2009

REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL - Amerika Serikat (AS) dan Korea Selatan (Korsel) sepakat memperkuat pertahanan sekuat mungkin menyusul tindakan eskalasi Korea Utara (Korut) berupa uji coba senjata yang begitu masif dilakukan. Utusan khusus AS untuk Korut, Sung Kim melakukan pembicaraan di Seoul tentang kekhawatiran kelanjutan uji coba rudal Korut, Senin (18/4/2022).

"Sangat penting bagi Dewan Keamanan PBB untuk mengirim sinyal yang jelas kepada DPRK bahwa kami tidak akan menerima tes eskalasi seperti biasa," kata Kim kepada wartawan setelah pembicaraannya dengan utusan nuklir Korsel, Noh Kyu-duk.

Baca Juga

Kim mengacu pada Korut dengan nama resminya, Republik Rakyat Demokratik Korea. "Kami sepakat tentang perlunya mempertahankan kemampuan pencegahan bersama yang sekuat mungkin di semenanjung itu," katanya.

Kim juga mengatakan sekutu akan menanggapi secara bertanggung jawab dan tegas terhadap perilaku provokatif. Ia menggarisbawahi kesediaannya untuk terlibat dengan Korut di mana saja tanpa syarat apa pun.

Kedatangan Kim bertepatan dengan dimulainya latihan militer gabungan tahunan sembilan hari oleh pasukan AS dan Korsel. Latihan tersebut terdiri dari pelatihan pos komando pertahanan menggunakan simulasi komputer.

"Latihan bersama tidak akan melibatkan manuver lapangan oleh pasukan," kata Kepala Staf Gabungan Korsel.

Korut telah mengutuk latihan bersama AS-Korsel. Pyongyang menyebutnya dengan latihan untuk perang. Latihan itu pun telah dikurangi dalam beberapa tahun terakhir di tengah upaya untuk melibatkan Pyongyang dalam diplomasi, dan karena pembatasan COVID-19.

Pada Sabtu pekan lalu, uji coba Korut menembakkan apa yang dikatakan media pemerintah sebagai rudal yang terlibat dalam pengiriman senjata nuklir taktis. Utusan AS telah berulang kali menawarkan untuk terlibat kembali dalam pembciaraan dengan Korut, namun Pyongyang sejauh ini menolak tawaran itu.

Kim Jong-un justru menuduh Washington mempertahankan kebijakan bermusuhan seperti sanksi dan latihan militer. Kunjungan Kim ke Seoul juga diperkirakan akan bertemu dengan tim transisi untuk Presiden terpilih Yoon Suk-yeol, yang akan menjabat pada Mei.

Seorang juru bicara tim mengatakan tidak ada pertemuan yang dikonfirmasi antara Yoon dan Kim. Namun demikian calon menteri luar negeri Yoon, Park Jin, mengatakan dia berencana untuk bertemu Kim. Kim juga mengatakan pada pembicaraannya dengan Noh bahwa Washington berharap dapat bekerja sama dengan tim Yoon.


sumber : reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement