REPUBLIKA.CO.ID, CAPE TOWN -- Afrika Selatan mengerahkan pasukan militer untuk membantu evakuasi banjir di provinsi KwaZulu-Natal. Lebih dari 440 orang tewas, dan puluhan lainnya hilang dalam banjir dan tanah longsor.
Seminggu setelah hujan deras dimulai, Pasukan Pertahanan Nasional Afrika Selatan (SANDF) mengatakan, mereka telah menerima instruksi untuk mengerahkan 10 ribu tentara. Para tentara mendapatkan sejumlah tugas, termasuk pembersihan dan pengangkutan bantuan. SANDF juga akan memberikan dukungan medis dan helikopter untuk misi penyelamatan, serta pencarian.
Banjir telah menyebabkan ribuan orang kehilangan tempat tinggal. Banjir juga telah memutus aliran listrik dan layanan air, serta mengganggu operasi di salah satu pelabuhan tersibuk di Afrika, Durban.
Presiden Afrika Selatan, Cyril Ramaphosa mengatakan, pemerintah telah mengumumkan keadaan bencana nasional karena banjir dan cuaca ekstrem di beberapa provinsi lain. Dia mengatakan, menteri keuangan akan mendekati parlemen untuk meminta pengeluaran tambahan, di luar dana bantuan sebesar 1 miliar rand atau setara 68 juta dolar AS yang akan segera dicairkan.
Ramaphosa mengatakan, berdasarkan data terbaru korban tewas akibat banjir mencapai 443 orang, dan 48 orang masih belum ditemukan. Polisi mengatakan, dua petugas dan seekor anjing pelacak tewas dalam banjir. Banjir dan longsor ini adalah bencana terburuk, yang pernah melanda provinsi pantai timur dalam catatan sejarah.
Di luar Kota Umbumbulu, yang terletak sekitar 45 kilometer barat daya Durban, seorang gembala yaitu Mbukeni Khwela menemani petugas polisi dan anjing pelacak untuk menjelajahi sungai mencari tetangganya yang hanyut. "Kami telah menemukan putranya, tetapi kami belum menemukan orang tuanya," kata Khwela.