Rabu 20 Apr 2022 17:11 WIB

Gubernur Bank Sentral Rusia Sebut Ekonomi Negaranya Masuki Periode Transformasi yang Sulit

Tindakan lebih lanjut dari bank sentral akan sepadan dengan tingkat risikonya.

Jenazah tergeletak di sebelah mobil yang rusak di dekat Pabrik Metalurgi Illich Iron & Steel Works, perusahaan metalurgi terbesar kedua di Ukraina, di daerah yang dikuasai oleh pasukan dukungan Rusia di Mariupol, Ukraina, Sabtu, 16 April 2022
Foto: AP/Alexei Alexandrov
Jenazah tergeletak di sebelah mobil yang rusak di dekat Pabrik Metalurgi Illich Iron & Steel Works, perusahaan metalurgi terbesar kedua di Ukraina, di daerah yang dikuasai oleh pasukan dukungan Rusia di Mariupol, Ukraina, Sabtu, 16 April 2022

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Ekonomi Rusia disebut memasuki periode transformasi yang sulit akibat sanksi yang dijatuhkan oleh Amerika Serikat dan sekutunya. Dikutip dari Antara, Rabu (20/4/2022), Gubernur Bank Rusia Elvira Nabiullina berbicara di Duma Negara atau majelis parlemen Rusia menyampaikan Rusia kehilangan akses ke separuh cadangan internasionalnya karena sanksi.

“Sekarang, karena sanksi, Bank Rusia memiliki sekitar setengah dari cadangan internasional. (Kondisi) ini tidak memungkinkan untuk mengelola sepenuhnya situasi dengan mata uang di pasar domestik dan (kami) perlu mengendalikan mata uang. Ketika situasinya membaik, kami bermaksud untuk menyusun ulang kendali pergerakan mata uang," kata Nabiullina.

Baca Juga

Dia mengatakan, tindakan lebih lanjut dari bank sentral akan sepadan dengan tingkat risikonya, dan hambatan pada kegiatan ekonomi di luar negeri akan berkurang saat situasinya stabil. Nabiullina menekankan bahwa sanksi telah membuat ekonomi Rusia terpaksa dikonfigurasi ulang.

“Ekonomi kita sedang memasuki masa sulit untuk perubahan struktural terkait sanksi. Sanksi-sanksi itu mempengaruhi pasar keuangan. Kini mereka juga mulai memengaruhi sektor riil ekonomi," ujar dia.

"Masalah utama tidak akan terlalu terhubung dengan sanksi terhadap lembaga keuangan, tetapi pembatasan impor, logistik perdagangan luar negeri mungkin akan berpengaruh pada ekspor produk Rusia," kata dia menambahkan.

Perang Rusia di Ukraina telah menuai kecaman internasional. AS, Inggris, dan Uni Eropa memberlakukan sejumlah sanksi terhadap Rusia. Sejak perang dimulai pada 24 Februari, lebih dari 2.072 warga sipil telah tewas dan 2.818 lainnya terluka di Ukraina, menurut perkiraan PBB.

Lebih dari 4,93 juta warga Ukraina telah melarikan diri ke negara lain dan lebih dari tujuh juta warga lainnya mengungsi di dalam negeri. Demikian menurut badan pengungsi PBB.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement