REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Sekelompok ultra-nasionalis Yahudi bertekad untuk melanjutkan pawai mengibarkan bendera di sekitar wilayah yang didominasi warga Palestina di Kota Tua pada Rabu (20/4) malam. Mereka mengabaikan larangan polisi untuk berpawai, karena dikhawatirkan dapat memicu perang.
Salah satu panitia penyelenggara pawai bendera, Noam Nisan, mengatakan kepada radio Kan, pawai akan berjalan sesuai rencana pada Rabu. Dia mengatakan bahwa, demonstrasi tersebut merupakan tanggapan terhadap pelemparan batu ke arah bus saat berkendara ke Tembok Barat, yang menjadi tempat paling suci bagi orang Yahudi. Tembok Barat terletak di Kota Tua, Yerusalem.
“Seorang Yahudi dengan bendera di Yerusalem bukanlah provokasi,” kata Nisan.
Sebagai penanda bahwa suasana sudah memanas, sekelompok kecil pengunjuk rasa Palestina melemparkan batu ke arah polisi. Sementara ratusan pengunjung Yahudi memasuki kompleks Masjid Al-Aqsa, atau dikenal oleh orang Yahudi sebagai Temple Mount.
Kompleks Masjid Al-Aqsa yang terletak di puncak bukit di Kota Tua, Yerusalem adalah tempat suci ketiga dalam Islam. Wilayah tersebut juga merupakan situs suci bagi orang Yahudi. Ini adalah titik gesekan untuk konflik Israel-Palestina.
Video amatir dari tempat kejadian menunjukkan, polisi menggunakan proyektil plastik berujung spons ketika para pengunjuk rasa membentuk barikade di dalam Masjid Al-Aqsa. Polisi mengatakan, sebuah bom api yang dilemparkan oleh salah satu pengunjuk rasa membuat karpet di luar masjid terbakar, tetapi dengan cepat dipadamkan. Sejauh ini, tidak ada cedera yang dilaporkan.
Sebagian besar polisi Israel dikerahkan di sekitar Kota Tua, Yerusalem yang menjadi rumah bagi situs keagamaan orang Yahudi, Kristen dan Muslim. Sementara, kelompok militan Palestina pada Selasa (19/4) malam meningkatkan keadaan siaga dan memberikan peringatan kepada kelompok ultra-nasionalis Yahudi yang mengadakan pawai bendera di Yerusalem.
"Pada tahap ini polisi tidak menyetujui pawai protes di bawah tata letak yang diminta," kata polisi dalam sebuah pernyataan, tanpa menjelaskan lebih lanjut.
Polisi tidak dapat dihubungi untuk dimintai komentar untuk menjelaskan apakah pawai itu akan dilarang sama sekali, atau hanya pada rute yang diusulkan melewati Gerbang Damaskus.
Dalam situasi yang sama Mei tahun lalu, gerilyawan Palestina di Jalur Gaza menembakkan roket ke Yerusalem, ketika nasionalis Israel mengadakan pawai bendera. Peristiwa tersebut memicu perang 11 hari antara Israel dan kelompok militan Hamas yang menguasai Gaza.
Ketegangan Israel-Palestina telah meningkat dalam beberapa pekan terakhir, setelah serangkaian serangan mematikan di Israel dan diikuti oleh operasi militer di Tepi Barat. Pada Senin (18/4), militan Palestina menembakkan roket dari Jalur Gaza ke Israel selatan untuk pertama kalinya dalam beberapa bulan.
Israel kemudian menanggapinya dengan serangan udara. Serangan ini menyusul bentrokan antara polisi Israel dan warga Palestina di Masjid Al-Aqsa pada Jumat (15/4), yang melukai ratusan orang.