REPUBLIKA.CO.ID, AHMEDABAD -- Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengatakan setiap pembicaraan damai mengenai Ukraina kemungkinan akan gagal. Dia membandingkan mengadakan pembicaraan bersama Presiden Rusia Vladimir Putin dengan bernegosiasi dengan seekor buaya.
"Saya benar-benar tidak mengerti bagaimana orang Ukraina dapat dengan mudah duduk dan datang ke semacam akomodasi. Bagaimana Anda bisa bernegosiasi dengan buaya ketika kaki Anda berada di rahangnya?" ujar Johnson ketika berada dalam perjalanan menuju India pada Kamis (21/4/2022).
Johnson mengatakan para pemimpin dunia, termasuk Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden, menyetujui panggilan pekan ini. Mereka akan terus memasok Ukraina dengan senjata, termasuk artileri, ketika Rusia mengintensifkan serangannya di Ukraina Timur.
"Sangat sulit untuk melihat bagaimana Ukraina dapat bernegosiasi dengan Putin sekarang mengingat kurangnya itikad baik yang nyata. Strateginya, yang jelas, adalah mencoba menelan dan merebut sebanyak mungkin Ukraina dan mungkin memiliki semacam negosiasi dari posisi yang kuat," katanya.
Ukraina dan Rusia tidak mengadakan pembicaraan damai tatap muka sejak 29 Maret, dan suasana telah memburuk atas tuduhan Ukraina bahwa pasukan Rusia melakukan kekejaman di kota Bucha dekat Kiev. Moskow pun telah membantah klaim tersebut.
Putin telah menjelaskan, menurut Johnson, bahwa ingin mengambil lebih banyak wilayah Ukraina dan dapat meluncurkan serangan baru ke ibu kota negara itu, Kiev. Dia mengatakan ketika dia bertemu Perdana Menteri India Narendra Modi di New Delhi pada Jumat (22/4/2022), dia akan mendorong India untuk mendukung Ukraina.
Tapi Johnson mengakui bahwa India kemungkinan akan mempertahankan hubungannya dengan Rusia. "Saya sudah berbicara dengan Narendra Modi tentang Ukraina dan sebenarnya orang India mengutuk apa yang terjadi di Bucha," ujarnya.
India merupakan pembeli terbesar senjata Rusia dan mengimpor minyaknya. New Delhi pun abstain dalam pemungutan suara PBB yang mengutuk invasi Rusia ke Ukraina dan belum menjatuhkan sanksi terhadap Rusia.