REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Menteri Luar Negeri RIRetno Marsudimengatakan ?Menteri Luar Negeri Turki, Mevlut Cavusoglu, menegaskan dukungan kuat pemerintahnya bagi Presidensi G20 Indonesia dalam pertemuan bilateral di Ankara, Turki, Jumat (22/4/2022).
Pada pertemuan itu, kedua menlu membahas berbagai isu bilateral dan global, seperti kerja sama ekonomi dan kesehatan, perang di Ukraina, G20, hingga Palestina, kata Kemenlu RI dalam keterangannya yang diterima di Jakarta, Sabtu (23/4/2022).
"Dengan presidensi Indonesia di G20 dan keketuaan Turki di MIKTA, kita memiliki peran strategis dalam mengatasi tantangan-tantangan yang dihadapi dunia," kata Retno.
MIKTA adalah kemitraan informal di antara negara-negara kekuatan menengah, yaitu Meksiko, Indonesia, Korea Selatan, Turki dan Australia.
Terkait G20, kedua menlu sepakat mengenai pentingnya memajukan prioritas G20 dalam mengatasi pandemi, menciptakan ketahanan kesehatan global, dan mendorong transformasi digital dan transisi energi.
Retno mengatakan sebagai pemegang presidensi G20, Indonesia akan terus bekerja, menjalin komunikasi dan konsultasi dengan semua negara anggota agar di tengah situasi dunia yang sangat sulit ini, G20 tetap dapat bekerja dan berkontribusi secara signifikan bagi upaya dunia untuk pulih dari pandemi dan mengatasi dampak perang di Ukraina.
Kedua menlu juga sepakat untuk melakukan pertemuan MIKTA di sela-sela pertemuan para menlu G20 yang dijadwalkan pada Juli 2022 dan akanmengintensifkan komunikasi, terutama terkait situasi di Ukraina dan G20.
Terkait kerja sama bilateral, mereka sepakat untuk meningkatkan kerja sama pemulihan dari pandemi, baik dari sisi kesehatan maupun ekonomi. "Saya harap perjanjian Indonesia-Turkey Comprehensive Economic Partnership Agreement dapat segera diselesaikan untuk semakin meningkatkan peluang kerja sama antara kedua negara," kata Retno.
Terkait krisis di Ukraina, Retno mengapresiasi peran Turki dalam mendorong perundingan perdamaian, dan menegaskan kembali pentingnya menghentikan perang segera dan mendorong cara-cara damai untuk mencapai resolusi atas konflik.
Perang di Ukraina telah berdampak signifikan, tidak saja pada kemanusiaan tapi juga berdampak pada stabilitas dan ketahanan pangan dan energi dunia.
Oleh karena itu, kata Retno, semua negara memiliki kewajiban untuk turut berkontribusi menciptakan lingkungan dan suasana yang dapat mendukung perdamaian dapat segera tercipta.
"Perdamaian diharapkan tercapai melalui meja perundingan," katanya. Perdagangan bilateral Indonesia-Turki pada 2021 mencapai 2,01 miliar dolar AS (Rp29,09 triliun) atau meningkat 51,86 persen dibanding tahun sebelumnya.