REPUBLIKA.CO.ID, KIEV -- Pemerintah Ukraina akan melakukan upaya baru untuk mengevakuasi warga sipil dari Mariupol. Rusia diketahui mengklaim sudah memenangkan pertempuran di kota pelabuhan yang telah dikepung selama berminggu-minggu tersebut.
“Hari ini kami akan kembali mencoba mengevakuasi wanita, anak-anak dan orang tua. Jika semuanya berjalan sesuai rencana, kami akan memulai evakuasi sekitar tengah hari,” kata Perdana Menteri Ukraina Iryna Vereshchuk lewat akun Telegram-nya, Sabtu (23/4/2022).
Menurut dia, Rusia mungkin akan mencoba mengatur evakuasi menuju negara mereka. “Koridor kami akan secara eksklusif menuju ke arah Zaporizhzhia,” ucapnya seraya meminta orang-orang “untuk tidak menyerah pada provokasi”.
Vereshchuk bersumpah, dia akan terus mencoba mengeluarkan warga sipil dari Mariupol. Pada Kamis (21/4/2022) lalu, tiga bus yang membawa pengungsi dari Mariupol tiba di kota Zaporizhzhia. Rombongan tiba setelah upaya evakuasi dibatalkan selama tiga hari berturut-turut.
Pada Kamis lalu, Presiden Rusia Vladimir Putin mengklaim bahwa pasukan Rusia telah memenangkan pertempuran di Mariupol. Karena telah memenangkan pertempuran, Putin membatalkan operasi untuk menyerbu pabrik baja Azovstal.
Pabrik tersebut merupakan benteng pasukan Ukraina di Mariupol. “Dalam hal ini, kami perlu memikirkan, maksud saya, kami selalu perlu memikirkannya, tapi khususnya dalam kasus ini, kami perlu berpikir tentang melindungi nyawa serta kesehatan prajurit dan perwira kami. Tidak ada alasan untuk menembus jalur bawah tanah ini dan di bawah fasilitas industri ini," kata Putin saat membatalkan operasi penyerbuan pabrik baja Azovstal, dilaporkan kantor berita Rusia, TASS.
Kendati demikian, Putin memerintahkan agar pabrik itu diblokir secara ketat. Setelah itu pasukan Ukraina akan diminta menyerah dan meletakkan senjata mereka dengan imbalan pengampunan atau amnesti. Sebelum ada perintah pembatalan penyerbuan, Menteri Pertahanan Rusia Sergey Shoigu mengatakan, pasukan negaranya diperkirakan hanya membutuhkan waktu tiga atau empat hari lagi untuk merebut kendali atas pabrik baja Azovstal.