REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov mengatakan, potensi pecahnya Perang Dunia III tidak bisa diremehkan. Ini mengingat konflik di Ukraina masih berlangsung, dan peluang terjadinya perang tersebut nyata.
“Bahayanya serius, ini nyata. Anda tidak bisa meremehkannya,” kata Lavrov mengomentari potensi terjadinya Perang Dunia III saat diwawancara kantor berita Interfax, Senin (25/4/2022).
Kendati demikian, dia mengisyaratkan bahwa Rusia masih bersedia menyelesaikan konflik dengan Ukraina lewat negosiasi. “Niat baik memiliki batasnya, tapi jika tidak timbal balik, ia tidak membantu proses negosiasi. Namun kami terus terlibat dalam negosiasi dengan tim yang didelegasikan (Presiden Ukraina Volodymyr) Zelensky, dan kontak ini akan terus berlanjut,” ucap Lavrov.
Baca juga : AS akan Buka Kembali Kedutaannya di Ukraina
Terkait keberlanjutan proses tersebut, Lavrov melayangkan kritik terhadap Zelensky. Menurutnya, Zelensky hanya “berpura-pura” bernegosiasi. “Dia aktor yang bagus. Jika Anda memperhatikan dengan seksama dan membaca dengan seksama apa yang dia katakan, Anda akan menemukan seribu kontradiksi,” ujarnya.
Sebelum terpilih sebagai presiden, Zelensky dikenal sebagai aktor dan komedian. Meski menuding Zelensky hanya berpura-pura, Lavrov menekankan, konflik di Ukraina akan berakhir dengan penandatanganan kesepakatan. “Tetapi parameter kesepakatan ini akan ditentukan oleh keadaan pertempuran yang akan terjadi pada saat kesepakatan tersebut menjadi kenyataan,” kata Lavrov.
Pekan lalu, Lavrov sempat mengungkapkan bahwa proses negosiasi dengan Ukraina mengalami kemandekan. Hal itu karena proposal perjanjian yang diserahkan Moskow ke Kiev tak terjawab. “Kami mengadakan negosiasi, sekarang mereka mandek karena lima hari lalu proposal kami berikutnya yang kami serahkan kepada negosiator Ukraina dan yang dirumuskan dengan mempertimbangkan komentar mereka yang diterima pada saat itu tetap tidak terjawab,” kata Lavrov pada Jumat (22/4/2022) pekan lalu, dilaporkan laman kantor berita Rusia, TASS.
Baca juga : Pemerintah Masih Berharap Softbank Mau Berinvestasi di IKN
Rusia dan Ukraina sudah beberapa kali melakukan negosiasi untuk mengakhiri pertempuran. Namun hingga kini proses itu belum membuahkan hasil. Menurut PBB, sejak pertempuran pecah pada 24 Februari lalu, lebih dari 5.100 warga sipil di Ukraina telah menjadi korban serangan Rusia. Sebanyak 2.224 di antaranya tewas.
Sekitar 12 juta warga Ukraina terpaksa meninggalkan rumah mereka. Sebanyak 5 juta di antaranya mengungsi ke negara-negara tetangga. Pertempuran Rusia-Ukraina telah memicu krisis pengungsi terbesar di Eropa sejak berakhirnya Perang Dunia II.