Contoh saja pada 1990, bencana menelan biaya dunia sekitar 70 miliar dolar AS per tahun. Sekarang biayanya lebih dari 170 miliar dolar AS per tahun setelah disesuaikan dengan inflasi. Mizutori mengatakan, jumlah tersebut juga tidak termasuk biaya tidak langsung yang jarang dipikirkan tentang pengeluaran itu.
Selain itu, selama bertahun-tahun kematian akibat bencana terus menurun karena peringatan dan pencegahan yang lebih baik. Namun, menurut rekan penulis laporan Roger Pulwarty, dalam lima tahun terakhir, kematian akibat bencana jauh lebih banyak daripada lima tahun sebelumnya.
Covid-19 dan bencana perubahan iklim telah datang ke tempat-tempat yang tidak biasa terjadi, seperti siklon tropis yang menghantam Mozambik. Cara bencana berinteraksi satu sama lain, menambah kerusakan, seperti kebakaran hutan ditambah gelombang panas atau perang di Ukraina ditambah kekurangan makanan dan bahan bakar.
Ilmuwan iklim dan sosial di National Oceanic and Atmospheric Administration Amerika Serikat itu mengatakan, jika masyarakat mengubah cara berpikirnya tentang risiko dan bersiap menghadapi bencana, peningkatan kematian akibat bencana tahunan baru-baru ini bisa bersifat sementara. Jika tidak, itu mungkin menjadi ketidaknormalan baru.
Bencana menghantam negara-negara miskin lebih keras daripada yang lebih kaya, dengan biaya pemulihan mengambil bagian yang lebih besar dari ekonomi di negara-negara yang tidak mampu. "Ini adalah peristiwa yang dapat menghapus hasil pembangunan yang diperoleh dengan susah payah, membawa komunitas yang sudah rentan atau seluruh wilayah ke dalam spiral ke bawah,” kata rekan penulis Markus Enenkel dari Harvard Humanitarian Initiative.
Laporan tersebut pun menyerukan perbaikan dalam cara masnyarakat berbicara tentang risiko. Misalnya, alih-alih bertanya tentang kemungkinan bencana yang terjadi tahun ini, pejabat harus memikirkan peluang selama periode 25 tahun kedepan.