REPUBLIKA.CO.ID, PYONGYANG -- Korea Utara memulai parade militer yang sangat dinanti-nantikan di ibu kotanya pada Senin (25/4/2022). Parade ini dalam menandai peringatan 90 tahun pendirian Tentara Revolusioner Rakyat Korea (KPRA).
Militer Korea Selatan mengatakan pawai dimulai di Pyongyang pada Senin malam setelah upacara pra-parade. Situs berita yang berfokus pada Korea Utara NK News mengutip sumber-sumber tak dikenal yang mengatakan, bahwa 12 objek terbang yang diterangi, mungkin drone atau helikopter, terlihat di langit Pyongyang, diikuti oleh suara kembang api.
Sebelum parade militer dilakukan, surat kabar resmi Korea Utara Rodong Sinmun memuat editorial yang menyerukan dukungan publik yang lebih kuat kepada Kim. "Kawan Kim Jong-un yang terhormat adalah simbol keperkasaan partai kami, negara dan angkatan bersenjata revolusioner dan perwakilan dari martabat besar mereka," kata surat kabar itu.
Dalam parade sebelumnya, Korea Utara sering menampilkan rudal berkemampuan nuklir yang baru dibangun dan tentara yang berani untuk mengintimidasi saingannya dan meningkatkan persatuan internal. Kim Jong-un juga telah memberikan pidato yang menyoroti komitmennya untuk meningkatkan angkatan bersenjata untuk mengatasi tindakan bermusuhan dari Amerika Serikat (AS).
Pawai itu terjadi saat Kim menghidupkan kembali ambang batas nuklir yang bertujuan memaksa AS untuk menerima Korea Utara sebagai kekuatan nuklir dan menghapus sanksi ekonomi yang melumpuhkan. Kim telah berpegang teguh pada tujuannya untuk mengembangkan senjata nuklir dan ekonomi
Korea Utara telah melakukan 13 putaran uji senjata tahun ini, termasuk uji terbang pertama rudal balistik antarbenua sejak 2017. Ada juga tanda-tanda bahwa Korea Utara sedang membangun kembali terowongan di tempat uji coba nuklir yang terakhir aktif pada 2017.
Aktivitas terbaru itu mungkin sebagai persiapan untuk dimulainya kembali pengujian. Tindakan itu juga bisa berupa peluncuran roket jarak jauh yang dilarang untuk menempatkan satelit mata-mata ke orbit atau uji terbang rudal di atas Jepang.
Senjata Korea Utara yang baru-baru ini diuji berpotensi mampu menyerang sekutu AS, Korea Selatan dan Jepang. Pyongyang telah menghabiskan sebagian besar dari tiga tahun terakhir berfokus pada perluasan persenjataan jarak pendek yang menargetkan Seoul karena negosiasi nuklir dengan Washington terhenti.
Dorongan militer agresif Kim juga dapat dimotivasi oleh politik dalam negeri karena tidak memiliki prestasi signifikan untuk ditunjukkan kepada rakyatnya saat menandai satu dekade berkuasa. Dia gagal memenangkan keringanan sanksi yang sangat dibutuhkan dari diplomasinya dengan mantan Presiden AS Donald Trump dan pandemi Covid-19 yang memaksanya mengakui bahwa Korea Utara menghadapi situasi terburuknya pada tahun lalu.