REPUBLIKA.CO.ID, BAMAKO -- Militer Mali, pada Selasa (26/4/2022), mengumumkan mereka telah meluncurkan penyelidikan terkait penemuan kuburan massal di dekat bekas pangkalan tentara Prancis di negara tersebut. Nantinya hasil penyelidikan akan dibuka kepada publik.
Seorang jaksa pengadilan militer, yang membuka penyelidikan atas permintaan Kementerian Pertahanan Mali, telah mengunjungi lokasi kuburan massal tersebut di wilayah Gossi pada 23 April lalu. Dia berjanji akan mengungkap semua fakta dari kasus itu dan memberi informasi sepenuhnya kepada masyarakat.
Pangkalan tentara Prancis di Gossi diserahkan kepada Mali pada 21 April lalu. Setelah momen itu, pasukan Prancis merilis sebuah video yang menunjukkan tentara bayaran Rusia mengubur mayat-mayat di dekat bekas pangkalan mereka. Tujuannya agar pasukan Prancis dituduh bertanggung jawab atas kematian orang-orang tersebut.
Dalam video yang direkam dengan pesawat nirawak atau drone, tentara Kaukasia tampak menutupi mayat-mayat dengan pasir di dekat pangkalan Gossi. Karena kuburan massal ditemukan setelah penyerahan kembali pangkalan, militer Mali menyangkal keterlibatan apapun dalam kasus itu.
Menurut militer Mali, kondisi pembusukan mayat menunjukkan bahwa kuburan massal itu telah ada jauh sebelum pangkalan Gossi diserahkan. “Tanggung jawab atas tindakan ini sama sekali tidak dapat dikaitkan dengan angkatan bersenjata Mali,” kata militer Mali dalam sebuah pernyataan.
Pemerintah Mali yang didominasi militer sempat mengungkapkan bahwa kehadiran Rusia di negara tersebut hanya sebagai instruktur militer. Sentimen anti-Prancis telah tumbuh di Afrika Barat. Pasukan Prancis telah beroperasi di wilayah tersebut sejak 2013 untuk membendung pemberontakan ekstremis.
Pada Februari lalu, Prancis mengumumkan akan menarik pasukannya dari Mali. Penarikan itu dilakukan saat sebagian wilayah di negara tersebut masih dikuasai kelompok pemberontak yang terkait dengan Al-Qaeda dan ISIS.