REPUBLIKA.CO.ID, ABUDHABI -- Menteri pertama di dunia untuk Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan, Omar bin Sultan al-Olama mengatakan, Uni Emirat Arab (UEA) tidak hanya mencari keuntungan ekonomi untuk pengembangan sektor ini. Dia menyebut bahwa meningkatkan kualitas hidup adalah tujuan utama pengembangan AI.
UEA mengklaim bahwa segala upayanya bertujuan untuk menjadi salah satu negara AI terkemuka pada tahun 2031. Dengan begitu dapat menciptakan peluang ekonomi dan bisnis baru dan menghasilkan hingga Rp 1,3 kuadriliun.
Omar juga menekankan bahwa negaranya akan mengembangkan teknologi kecerdasan buatan yang bertanggung jawab. Hal ini untuk mengantisipasi potensi dampak besar selama beberapa dekade.
“Kami melihat AI sebagai alat. Ini adalah alat yang perlu kita gunakan untuk melepaskan aspek kualitas hidup," katanya kepada AFP dalam sebuah wawancara di Dubai dilansir dari Al Arabiya, Rabu (27/4/2022).
Dia juga mendefinisikan AI sebagai cabang teknologi yang memungkinkan sistem untuk berpikir, belajar, dan membuat keputusan seperti manusia. Teknologi yang dapat mendukung segala hal mulai dari virologi hingga transportasi bagi manusia.
“Ya, keuntungan ekonomi adalah sesuatu yang diinginkan setiap negara, dan kami juga menginginkannya. Tapi kami ingin memastikan pengembangan dan penerapan serta penggunaan AI bertanggung jawab,"katanya.
Olama baru berusia 27 tahun ketika dia menjabat posisi tingkat kabinet pada tahun 2017. Ia ditugaskan untuk meluncurkan strategi negara Arab yang kaya minyak di bidang yang menyentuh segala hal mulai dari ucapan dan pengenalan wajah hingga perdagangan dan mobil otomatis.
Penunjukannya datang setahun setelah UEA juga menunjuk menteri untuk kebahagiaan, berharap untuk menciptakan masyarakat yang lebih bahagia, dan toleransi. Ini terutama ditujukan untuk mempromosikan koeksistensi di negara Teluk di mana orang asing merupakan mayoritas penduduk.