REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) melakukan percakapan via telepon dengan Presiden Rusia Vladimir Putin. Melalui cicitannya pada Jumat (29/4), Jokowi menyebut komunikasinya dengan Presiden Putin tersebut membahas terkait situasi di Ukraina dan juga kerja sama di G20.
"Bertukar pandangan dengan Presiden Rusia Vladimir Putin @KremlinRussia_E melalui telepon terkait situasi di Ukraina serta kerja sama G20," kata Jokowi dalam cicitannya dalam bahasa Inggris, pada siang hari ini.
Lebih lanjut, Jokowi juga menekankan bahwa perang harus segera dihentikan dan negosiasi perdamaian perlu dilakukan. Indonesia, kata Jokowi, siap memberikan kontribusinya agar tujuan tersebut dapat tercapai.
Sebelumnya pada Kamis (28/4), Jokowi juga mengungkapkan komunikasinya dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy. Jokowi menyampaikan dukungan Indonesia untuk kesuksesan negosiasi perdamaian serta membantu memberikan bantuan kemanusiaan. "Kemarin saya berbicara dengan Presiden Ukraina @ZelenskyyUa. Saya menekankan kembali dukungan Indonesia pada setiap upaya demi kesuksesan negosiasi perdamaian dan siap memberikan bantuan kemanusiaan," cicit Jokowi.
Pada kesempatan itu, Jokowi mengundang Zelenskyy untuk hadir dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G-20 di Bali pada November mendatang.
Lewat akun Twitter resminya, Zelenskyy mengungkapkan, dia berterima kasih atas dukungan Indonesia bagi kedaulatan dan integritas teritorial Ukraina. Zelenskyy mengatakan, dia dan Jokowi turut membahas isu ketahanan pangan di Ukraina. “Saya berterima kasih atas undangan untuk ambil bagian dalam KTT G20,” tulis Zelenskyy di akhir cicitannya.
Zelenskyy tak memberi informasi lain, termasuk tentang apakah dia akan memenuhi undangan tersebut. Ukraina sendiri tidak termasuk anggota G20. Namun, adalah hal wajar bagi presiden G20 untuk mengundang negara lain sebagai tamu.
Terkait pernyataan Zelenskyy, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Indonesia Teuku Faizasyah mengatakan kepada Reuters bahwa Kemenlu terus melakukan konsultasi dengan pihak terkait. Setiap perkembangan, katanya, disampaikan kepada Jokowi.
Laman South China Morning Post atau SCMP pada Senin (26/4) melaporkan, ada desakan kepada Indonesia untuk mengundang Ukraina ke KTT G-20 pada November mendatang. Menurut SCMP, alasannya adalah karena sejumlah negara merasa frustrasi karena Indonesia untuk tidak mengundang Presiden Rusia Vladimir Putin.
Namun, Indonesia tetap memilih untuk bersikap tidak memihak kepada siapapun dalam konflik Rusia dan Ukraina. Sementara itu Duta Besar Rusia untuk Indonesia Lyudmila Vorobieva pernah menyebutkan, Putin berniat untuk datang ke KTT G-20.
Amerika Serikat (AS) melalui Gedung Putih menyambut langkah Indonesia mengundang Ukraina. Hal ini diungkap Juru Bicara Gedung Putih Jen Psaki saat menanggapi pertanyaan seorang wartawan. "Kami tentu saja menyambut baik hal itu. Seperti Anda tahu, Presiden (Joe) Biden pada bulan lalu mengatakan bahwa Ukraina seharusnya bisa ikut berpartisipasi," kata Psaki dalam briefing rutin yang dikutip laman resmi Gedung Putih, Rabu (27/4).
"Namun, kami tidak mengetahui konfirmasi lebih jauh dari berita yang ada, menurut kami ini hal positif," katanya menambahkan.
Psaki mengakui bahwa Biden menilai Rusia seharusnya tidak diundang ke KTT G-20. "Namun, pada akhirnya, terserah G20 untuk memutuskan. Jadi kami tidak punya pernyataan apapun saat ini. Kami akan terus berhubungan. Tentu saja kami juga telah menghubungi Indonesia," kata Psaki.
"Masih ada waktu enam bulan. Namun biasanya, presiden memang hadir, namun saya tidak bisa mengkonfirmasi apapun tentang rencana yang masih enam bulan ke depan itu," ujar Psaki.
Namun, dalam pertemuan tingkat pejabat keuangan G-20 pekan lalu di Washington, DC, delegasi AS, Inggris, dan Kanada telah menunjukkan sikap. Mereka sengaja walk out atau meninggalkan arena sidang saat delegasi Rusia berbicara.