REPUBLIKA.CO.ID, ARIEL -- Tim medis Israel mengatakan seorang pria ditembak hingga tewas di pintu masuk pemukiman di daerah pendudukan Tepi Barat. Militer Israel menggambarkan penembakan ini sebagai serangan "teroris".
Pihak berwenang Israel mengatakan total korban tewas dalam serangan warga Arab di Israel dan pemukiman Tepi Barat dalam beberapa pekan terakhir menjadi 15 orang. Perdana Menteri Israel Naftali Bennett menyebutnya "gelombang baru serangan teroris."
Militer Israel mengatakan dua orang pria melepaskan tembakan ke arah penjaga di pos pintu masuk Ariel dan langsung melarikan diri. Mereka menambahkan jalanan di sekitar lokasi kejadiaan ditutup sementara militer mencari pelaku penembakan.
"Kami percaya pasukan keamanan akan menangkap para pembunuh," kata Walikota Eli Sherivo, Sabtu (30/4/2022).
Tidak lama kemudian dalam peristiwa yang tidak berkaitan Kementerian Kesehatan Palestina mengatakan pasukan Israel menembak mati warga Palestina di Desa Azzun, utara Tepi Barat. Detail peristiwa ini masih belum jelas.
PBB mencatat sejak bulan Februari lalu pasukan Israel sudah membunuh 40 orang warga Palestina. Jumlah korban diperkirakan akan terus bertambah.
Tidak ada faksi Palestina yang mengaku bertanggung jawab dalam serangan di Ariel. Tapi Hamas yang menguasai Gaza memuji serangan tersebut dan mengatakan serang itu semata-mata respon atas serbuan polisi Israel ke Masjid al-Aqsa.
Komplek masjid yang merupakan situs suci ketiga bagi umat muslim berada di dataran tinggi kota tua. Orang Yahudi menyebutnya Gunung Kuil yang merupakan situs tersuci bagi Yahudi di mana dua kuil purba Yahudi berada.
Terjadi konfrontasi di lokasi ini pada bulan ini ketika Ramadhan bertepatan dengan perayaan Yahudi, Passover. Sehingga banyak orang Yahudi dan muslim yang mengunjungi lokasi itu di saat bersamaan.
Ariel merupakan pemukiman warga Israel terbesar yang pernah dibangun di Tepi Barat. Israel menduduki daerah itu setelah Perang Timur Tengah tahun 1967. Palestina ingin Tepi Barat, Yerusalem Timur dan Gaza bagian dari negaranya di masa depan.
Ikuti Whatsapp Channel Republika