REPUBLIKA.CO.ID, NEW MEXICO -- Petugas pemadam di New Mexico pada Jumat (29/4/2022) gagal mengendalikan kobaran api dalam kebakaran hutan terbesar di Amerika Serikat itu. Api tengah menjalar ke kawasan hutan yang dekat dengan desa-desa di pegunungan.
Bencana itu menjadi kebakaran hutan paling merusak di wilayah Barat Daya AS karena menjalar lebih luas dan membakar lebih dini tahun ini daripada biasanya karena perubahan iklim, kata para ilmuwan. Ribuan orang di lembah Mora, sekitar 40 mil timur laut dari Santa Fe, bersiap untuk mengungsi ketika asap terlihat dari hutan di sekitar kawasan pertanian Ledoux.
Angin kencang meniup bara api sejauh lebih dari 1 mil (1,6 km) dan membuat kebakaran hutan terus meluas. Sejak 6 April, api telah melalap sekitar 30.351 hektare kawasan hutan Pegunungan Sangre de Cristo, menghancurkan ratusan rumah dan bangunan.
"Terlihat sangat mengerikan di sana," kata komandan insiden Carl Schwope dalam jumpa pers.
"Dengan kecepatan seperti itu, sangat sulit bagi kami mengendalikan api," katanya.
Angin diperkirakan berembus dari selatan pada Sabtu (30/4/2022), mendorong kobaran api ke arah desa-desa seperti Mora, juga kota Las Vegas yang dihuni 14.000 jiwa, kata pejabat dinas kebakaran. Pejabat Mora County Americk Padilla mendesak penduduk untuk mengungsi ke kota Taos dan Angel Fire jika diminta.
Lebih dari dua dekade kekeringan ekstrem telah mengubah hutan di pegunungan dan lembah menjadi "kotak korek api", kata pakar kebakaran Stewart Turner.
"(Kebakaran hutan itu) bergerak lebih cepat daripada antisipasi kita. Ini kebakaran yang sangat, sangat serius," kata Turner.
Penduduk setempat mengecam Dinas Kehutanan AS atas pembakaran hutan dengan sengaja dan "terkendali" untuk meminimalkan risiko kebakaran. Kegiatan itu dinilai ikut memicu kobaran api.
"Dinas Kehutanan AS perlu dimintai pertanggungjawaban," kata Skip Finley, mantan komisaris Mora County, saat memasukkan barang-barang ke mobil sebelum mengungsi.