REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Pejabat pertahanan Amerika Serikat (AS) mengatakan serangan Rusia jauh melambat dari yang direncanakan karena kuatnya perlawanan dari Ukraina.
"Kami juga menilai karena kemajuan yang lambat dan tidak merata ini, sekali lagi, tanpa memiliki pengetahuan sempurna pada setiap aspek rencana Rusia, kami yakin dan menilai mereka melewatkan jadwal apa yang mereka coba capai di Donbas," kata pejabat yang tidak bersedia disebutkan namanya itu, Sabtu (30/4/2022).
Ia mengatakan AS yakin Rusia "setidaknya beberapa hari dibelakang" jadwal yang mereka inginkan. Rusia masih mengepung pasukan Ukraina di timur negara itu.
Pasukan Rusia mencoba bergerak keluar dari utara Mariupol sehingga dapat maju ke arah pasukan Ukraina dari sebelah selatan. Tapi, menurut pejabat itu, kemajuan pasukan Rusia lambat, tidak merata dan tidak menentukan.
Sementara itu Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengatakan Rusia mencoba ingin menghancurkan Donbas dan semua yang tinggal di sana.
"Pengeboman brutal yang terus menerus, serangan ke insfrastruktur dan pemukiman warga yang terus-menerus menunjukkan Rusia ingin mengkosongkan wilayah ini dari semua orang, oleh karena, mempertahankan tanah kami, mempertahankan rakyat kami, benar-benar mempertahankan nyawa," katanya dalam video yang dirilis pada Jumat (29/4/2022) malam.
Ia mengatakan kota-kota di Donbas hanya akan selamat bila Ukraina tetap bertahan. "Bila penjajah Rusia mampu mewujudkan rencana mereka sebagian saja, mereka memiliki artileri dan pesawat yang cukup untuk mengubah Donbas menjadi bebatuan, seperti yang mereka lakukan dengan Mariupol," katanya.
Zelenskyy mengatakan Mariupol yang pernah memiliki kota-kota yang paling berkembang di kawasan. "(Kini) kamp konsentrasi Rusia di tengah puing-puing," ujar Zelenskyy.
Ia mengatakan situasi di Kota Kharkiv yang terletak di utara Ukraina "brutal" tapi pasukan dan intelijen Ukraina "mencapai keberhasilan taktis yang penting". Ia tidak menjelaskannya lebih lanjut.