REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Komandan Garda Revolusi Iran, Esmail Ghaani, mengungkapkan, Iran sukses melakukan misi drone di Israel. Menurut laporan Arab Post, Ghaani menyatakan, 41 pesawat tempur Israel gagal mencegat dua drone Iran yang menjalankan misi tersebut.
"Selama lebih dari 70 tahun, Israel telah gagal untuk menjadi bangsa yang bersatu. Ada berita tentang rasisme yang telah mencapai puncaknya di (Israel)," ujar Ghaani, dilansir Middle East Monitor, Ahad (1/5).
Ghaani menyatakan bahwa, Israel membenarkan tindakan militernya terkait dengan intersepsi yang gagal dengan latihan militer. Sementara itu, Kepala Garda Revolusi Iran, Hassan Salami, menegaskan, Israel sedang mempersiapkan kondisi untuk kehancurannya sendiri. Hal ini mengacu pada agresinya terhadap Palestina, Suriah dan Iran.
Salami mengatakan, Hari Quds Internasional adalah kesempatan untuk mengingatkan orang-orang di seluruh dunia tentang masalah Palestina dan pendudukan Israel. Termasuk memperbarui dukungan dan solidaritas dengan Palestina dan tujuan yang adil.
Sebelumnya, Yordania telah mengintensifkan upaya untuk mendorong Israel menghormati status quo masjid Al Aqsa di Yerusalem. Termasuk mendesak Israel menghindari konfrontasi kekerasan yang dapat mengancam konflik yang lebih luas.
Para pejabat mengatakan, Yordania telah memberikan pemberitahuan kepada Washington bahwa pihaknya siap untuk membahas masalah tersebut dengan Israel setelah Ramadhan berakhir. Tujuannya adalah mengidentifikasi langkah-langkah yang dapat diambil Israel untuk mengembalikan kondisi di kompleks Masjid Al-Aqsa seperti 22 tahun yang lalu. Yordania menuduh Israel secara bertahap mengubah pembatasan ibadah di masjid sejak tahun 2000.
"Upaya diplomatik yang terbaru adalah untuk menangani akar ketegangan dan memastikan bahwa masalah tidak meledak lagi," kata seorang pejabat Yordania yang berbicara dengan syarat anonim.
Bentrokan selama dua minggu terakhir antara warga Palestina dan polisi Israel di kompleks Masjid Al-Aqsa telah memicu kemarahan Arab, dan kekhawatiran internasional tentang kembalinya konflik Israel-Palestina yang lebih luas. Seorang diplomat Barat mengatakan, proposal Yordania tidak termasuk mengadakan komite bersama dengan Israel mengenai tempat-tempat suci Muslim dan Kristen di Kota Tua, Yerusalem.