Senin 02 May 2022 16:00 WIB

Zelenskyy: Ukraina Bisa Kehilangan Puluhan Juta Ton Gandum karena Blokade Rusia

Ia mengatakan hal ini dapat memicu krisis pangan.

Rep: Lintar Satria/ Red: Ani Nursalikah
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy berbicara selama konferensi pers bersama dengan Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres setelah pertemuan mereka di Kyiv, Ukraina, Kamis, 28 April 2022. Zelenskyy: Ukraina Bisa Kehilangan Puluhan Juta Ton Gandum karena Blokade Rusia
Foto: AP/Efrem Lukatsky
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy berbicara selama konferensi pers bersama dengan Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres setelah pertemuan mereka di Kyiv, Ukraina, Kamis, 28 April 2022. Zelenskyy: Ukraina Bisa Kehilangan Puluhan Juta Ton Gandum karena Blokade Rusia

REPUBLIKA.CO.ID, KIEV -- Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengatakan negaranya dapat kehilangan puluhan juta ton gandum karena blokade Rusia di Pelabuhan Laut Hitam. Ia mengatakan hal ini dapat memicu krisis pangan yang bisa berdampak pada Eropa, Asia dan Afrika.

"Rusia tidak mengizinkan kapal masuk atau keluar, menguasai Laut Hitam, Rusia hendak memblokir perekonomian kami sepenuhnya," kata Zelenskyy, Ahad (2/5/2022).

Baca Juga

Ukraina merupakan eksportir besar gandum dan produk pangan lainnya. Negara itu juga pemasok besi dunia.

Sebelumnya dilaporkan Menteri Keuangan Amerika Serikat (AS) Janet Yellen mengatakan guncangan harga dan pasokan berbagai komoditas menambah tekanan inflasi global. Menurutnya, perang Rusia di Ukraina telah memperburuk kerawanan pangan dunia yang sudah mengerikan.

Yellen mengatakan sebelum perang lebih dari 800 juta orang atau 10 persen dari populasi global menderita kerawanan pangan kronis. Berdasarkan outlook atau tinjauan harga pangan yang lebih tinggi dapat mendorong setidaknya lebih 10 juta orang jatuh ke jurang kemiskinan.

Yellen menegaskan negara-negara di seluruh dunia harus menghindari larangan ekspor yang dapat menaikkan harga kebutuhan dasar, sambil meningkatkan dukungan untuk populasi rentan dan petani kecil. Hal ini diamini Menteri Keuangan Jerman Christian Lindner.

"Saya ingin memperjelas: tindakan Rusia bertanggung jawab untuk ini," kata Yellen.

Ia menambahkan bersama mitra dan sekutunya, AS berusaha mengurangi dampak perang  Rusia pada pihak yang paling rentan di dunia. Rusia menyebut invasi 24 Februari sebagai operasi militer khusus untuk mendenazifikasi Ukraina.

Atas nama negara-negara maju Kelompok Tujuh (G7) Lindner mengatakan tindakan yang ditargetkan dan terkoordinasi diperlukan, tetapi meminta semua negara menjaga pasar pertanian tetap terbuka, tidak menimbun dan tidak menahan stok, dan tidak memaksakan pembatasan ekspor yang tidak dapat dibenarkan pada produk atau nutrisi pertanian."

Dia mengatakan G7, yang saat ini dipimpin Jerman berkomitmen bekerja dengan lembaga keuangan internasional dan organisasi pemerintah yang berpikiran sama untuk bertindak dengan cara yang gesit. Departemen Keuangan mengatakan para peserta sepakat mengerjakan rencana aksi untuk membingkai masalah, menguraikan prinsip-prinsip bersama untuk tanggapan terkoordinasi dan memetakan tindakan jangka pendek dan jangka panjang.

Yellen menggarisbawahi komitmen Washington untuk mengesahkan bantuan kemanusiaan yang penting dan memastikan ketersediaan pangan dan komoditas pertanian untuk memberi manfaat bagi orang-orang di seluruh dunia. Meski Washington terus meningkatkan sanksi dan tindakan ekonomi lainnya terhadap Rusia.

Dia mengatakan juga penting untuk memperkuat ketahanan jangka panjang, dan meminta lembaga-lembaga keuangan internasional untuk membantu mengurangi kekurangan pupuk global dan kelancaran gangguan rantai pasokan untuk makanan dan pasokan-pasokan penting.

Dia mengatakan mereka dapat meningkatkan investasi dalam kapasitas dan ketahanan pertanian untuk meningkatkan produksi pangan dalam negeri. Penting juga untuk mendatangkan sumber pembiayaan tambahan, termasuk dari sektor swasta, kata Departemen Keuangan. 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement