REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Laporan Islamic Waqf menyatakan, sekitar 200 ribu Muslim menghadiri sholat Idul Fitri di Masjid Al Aqsa pada Senin (2/5/2022). Dalam beberapa tahun terakhir, Ramadhan sering ditandai dengan bentrokan dan ketegangan tinggi antara Israel dan Palestina di area tersebut.
"Ada lebih banyak jemaah daripada yang kita lihat untuk sholat Idul Fitri selama beberapa tahun-tahun,” kata Imam Besar al-Aqsa Sheikh Omar al-Kiswani dikutip dari Times of Israel.
Tentara Israel melonggarkan beberapa pembatasan pergerakan bagi warga Palestina Tepi Barat sebelum liburan tahun ini untuk memungkinkan wanita, anak-anak, dan beberapa pria untuk berdoa di al-Aqsa tanpa izin. Namun, juru bicara Kementerian Pertahanan mengatakan, kebijakan itu telah kembali ke status quo pada Senin.
Al-Kiswani mengatakan sebagian besar dari mereka yang datang untuk beribadah kemungkinan besar adalah orang Yerusalem. Dia mengaitkan tingginya jumlah jamaah dengan bentrokan baru-baru di area masjid, serta peningkatan kunjungan orang Yahudi ke tempat suci itu. "Orang-orang ingin mengirim pesan bahwa Al-Aqsa adalah hak Muslim yang tidak dapat diganggu gugat,” katanya.
Beberapa Palestina membentangkan poster besar-besaran pro-Hamas di atas gapura menuju Masjid al-Aqsa di dalam kompleks, menyampaikan harapan kelompok tersebut dan mengucapkan Selamat Idul Fitri. Atas tindakan itu, polisi kemudian mengumumkan penangkapan seorang Palestina Yerusalem Timur berusia 20an karena dicurigai telah menggantung spanduk Hamas.
"Kami menganggap serius setiap tindakan hasutan, ancaman, dukungan atau identifikasi dengan organisasi teroris," kata polisi dalam sebuah pernyataan.
Area Masjid al-Aqsa telah muncul sebagai medan pertempuran yang membara. Pada Mei lalu, kekerasan antara warga Palestina dan pasukan Israel di tempat suci itu turut memicu perang antara Israel dan Hamas.
Pada April tahun ini terjadi bentrokan berulang antara polisi Israel dan warga Palestina di lokasi tersebut, dengan warga Palestina melemparkan batu ke petugas. Pasukan Israel menanggapi dengan peluru berujung spons, gas air mata, dan granat suara, melukai ratusan orang.