REPUBLIKA.CO.ID,BERLIN – Kanselir Jerman Olaf Scholz mengatakan, negaranya akan mendukung Swedia dan Finlandia jika kedua negara memutuskan bergabung dengan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO). Hal itu disampaikan saat dia bertemu Perdana Menteri Finlandia Sanna Marin dan Perdana Menteri Swedia Magdalena Andersson di Kastil Meseberg yang terletak di dekat Berlin, Selasa (3/5/2022).
Pada kesempatan itu, Scholz mengaku mengikuti perkembangan perdebatan di Swedia dan Finlandia perihal wacana kedua negara bergabung ke NATO. "Namun, sangat jelas bagi kami bahwa jika kedua negara ini memutuskan bahwa mereka ingin menjadi bagian dari aliansi NATO, mereka dapat mengandalkan dukungan kami," ucap Scholz, dikutip laman Anadolu Agency.
Menurut Scholz, semua anggota pemerintah Jerman juga satu suara terkait dukungan untuk Swedia dan Finlandia jika mereka hendak bergabung ke NATO. Kedua negara tersebut diperkirakan akan mencapai keputusan final tentang jadi atau tidaknya bergabung dengan NATO pada akhir bulan ini.
Pekan lalu Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg mengatakan, Finlandia dan Swedia bisa bergabung dengan aliansi militer tersebut jika mereka memutuskan meminta keanggotaan. "Jika mereka memutuskan untuk melamar, Finlandia dan Swedia akan disambut dengan hangat dan saya berharap prosesnya berjalan cepat," kata Stoltenberg kepada wartawan di Brussels, Belgia, 28 April lalu.
Pada 14 April, Ketua Dewan Keamanan Rusia Dmitry Medvedev memperingatkan NATO tentang potensi keanggotaan Swedia dan Finlandia dalam aliansi tersebut. Menurutnya, jika kedua negara itu bergabung dengan NATO, Rusia harus meningkatkan pertahanannya dan tidak akan ada lagi pembicaraan tentang kawasan Baltik yang bebas nuklir.
“Tidak ada lagi pembicaraan tentang status bebas nuklir untuk Baltik, keseimbangan harus dipulihkan. Sampai hari ini Rusia belum mengambil tindakan seperti itu dan tidak akan melakukanya,” kata Medvedev.
Medvedev menjelaskan, berbeda dengan Ukraina, Rusia tidak memiliki sengketa teritorial dengan negara-negara Baltik. “Oleh karena itu, harga keanggotaan semacam itu berbeda bagi kami,” ujarnya, menyiratkan bahwa masuknya Ukraina ke NATO dapat menyebabkan konflik langsung antara Rusia dan aliansi tersebut jika Kiev berusaha merebut kembali Krimea.
Ia mengklaim, saat ini opini publik di Finlandia dan Swedia masih terpecah atas wacana kedua negara bergabung dengan NATO. Medvedev menilai, bergabungnya Swedia dan Finlandia ke NATO akan membuat dunia lebih berbahaya. Dia menekankan, Rusia tidak ingin meningkatkan ketegangan di perbatasan. “Mari berharap bahwa pikiran tetangga utara kami masih akan menang,” ucapnya.