Kamis 05 May 2022 21:42 WIB

Demi Gabung NATO, Finlandia Siap Setop Impor Gas dari Rusia

Finlandia sedang mempertimbangkan untuk bergabung dengan NATO.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Dwi Murdaningsih
ilustrasi nato. Finlandia sedang mempertimbangkan untuk bergabung dengan NATO.
Foto: russia-insider.com
ilustrasi nato. Finlandia sedang mempertimbangkan untuk bergabung dengan NATO.

REPUBLIKA.CO.ID, HELSINKI – Finlandia menyatakan siap menyetop impor gas dari Rusia. Hal itu disampaikan saat negara tersebut sedang mempertimbangkan untuk bergabung dengan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO).

“Finlandia bersiap untuk kemungkinan bahwa pengiriman gas dari Rusia akan berakhir,” kata Menteri Urusan Eropa Finlandia Tytti Tuppurainen kepada Reuters, Kamis (5/5/2022).

Baca Juga

Dia mengungkapkan, Finlandia sudah mengambil langkah-langkah alternatif untuk mengamankan sumber energi alternatif. Salah satunya adalah dengan menyewa terminal gas alam cair terapung di Estonia.

Pada 28 April lalu, Finlandia sudah menyatakan, mereka menolak mematuhi permintaan Moskow untuk melakukan pembayaran menggunakan mata uang rubel untuk setiap pembelian gas Rusia. Setelah pengumuman itu, Rusia memangkas pasokan gasnya ke Finlandia. Sekitar 60-70 persen gas yang digunakan di Finlandia berasal dari Rusia.

Namun tahun lalu gas hanya menyumbang sekitar lima persen dari total konsumsi energi Finlandia. Minyak, biomassa berbasis kayu, dan tenaga nuklir menjadi sumber energi utama negara tersebut.

Rusia diketahui turut memangkas suplai gasnya ke Polandia dan Bulgaria. Hal itu karena kedua negara tersebut bersikap seperti Finlandia, yakni menolak melakukan pembayaran menggunakan rubel.

Saat ini Uni Eropa sedang menggodok sanksi baru terhadap Rusia. Kali ini perhimpunan Benua Biru hendak mengembargo komoditas minyak mentah Rusia.

Kendati demikian, sejumlah negara Eropa, seperti Hungaria, Slovakia, dan Republik Ceko masih menyatakan keberatan atas gagasan tersebut. Hal itu karena mereka masih sangat bergantung pada pasokan energi dari Rusia. 

sumber : reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement