REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Korea Utara (Korut) menembakkan rudal balistik pada Sabtu (7/5/2022), kata militer Korea Selatan (Korsel). Rudal tersebut ditembakkan tiga hari sebelum pelantikan presiden terpilih Korsel Yoon Suk-yeol, yang berjanji untuk mengambil sikap tegas terhadap Korut.
Militer Korsel mengatakan Korut menembakkan proyektil yang diyakini merupakan rudal balistik dari kapal selam (SLBM) ke perairan lepas pantai timurnya sekitar pukul 05.07 GMT (12.07 WIB) pada Sabtu (7/5/2022) dari sekitar Sinpo, di mana Korut mengerahkan kapal selam dan peralatan uji tembak SLBM.
Kementerian pertahanan Jepang juga mencuit bahwa proyektil tersebut bisa jadi adalah rudal balistik.Media penyiaran publik Jepang NHK yang mengutip sumber-sumber pemerintah mengatakan proyektil tersebut mendarat di luar zona ekonomi eksklusif negaranya.
Pada Rabu Korut menembakkan rudal balistik ke perairan pantai timurnya, kata Korsel dan Jepang, setelah Pyongyang bertekad untuk mengembangkan persenjataan nuklirnya "dengan kecepatan sepesat mungkin".
Amerika Serikat menilai Korut tengah mempersiapkan situs uji nuklirnya di Punggye-ri dan siap melakukan pengujian di sana paling cepat pada bulan ini."Ketimbang menerima undangan dialog, rezim Kim tampaknya bersiap melakukan uji rudal berhulu ledak nuklir taktis. Waktunya sebagian besar akan bergantung pada kesiapan lorong bawah tanah dan teknologi peralatan termodifikasi," kata Leif-Eric Easley, profesor Universitas Ewha di Seoul.
"Tes nuklir ketujuh akan menjadi yang pertama sejak September 2017 dan memicu ketegangan di Semenanjung Korea, meningkatkan risiko salah perhitungan dan miskomunikasi antara rezim Kim dan pemerintah Yoon."
Yoon mulai bertugas pada Selasa. Presiden AS Joe Biden akan berkunjung ke Korsel dan bertemu dengannya pada 21 Mei.
Bulan lalu pemimpin Korut Kim Jong Un berjanji untuk mempercepat pengembangan senjata nuklir negaranya. Dia memimpin parade militer besar-besaran yang memamerkan rudal balistik antarbenua (ICBM), juga roket yang diduga SLBM, di atas truk dan kendaraan peluncur.
Pada Oktober Korut menguji rudal balistik baru yang lebih kecil dari kapal selam, langkah yang dinilai para pengamat dimaksudkan agar lebih cepat menerjunkan kapal selam rudal yang aktif.