REPUBLIKA.CO.ID,JENEWA –- Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sedang mengumpulkan bukti untuk kemungkinan penyelidikan kejahatan perang di Ukraina. WHO fokus pada fasilitas-fasilitas medis yang turut menjadi target serangan.
“Serangan yang disengaja terhadap fasilitas perawatan kesehatan adalah pelanggaran hukum humaniter internasional. Dengan demikian, berdasarkan investigasi dan atribusi serangan tersebut, merupakan kejahatan perang dalam situasi apa pun,” kata Direktur Darurat WHO Mike Ryan saat berkunjung ke Kiev, Ukraina, Sabtu (7/5/2022).
Dia mengungkapkan, WHO terus mendokumentasikan dan menjadi saksi atas serangan terhadap fasilitas-fasilitas medis di Ukraina. “Kami percaya bahwa sistem PBB dan Mahkamah Pidana Internasional serta lainnya akan melakukan investigasi yang diperlukan untuk menilai maksud kriminal di balik serangan-serangan ini,” ucapnya.
Menurut Ryan, sejauh ini WHO sudah mendokumentasikan 200 kasus terverifikasi serangan terhadap fasilitas medis di Ukraina. Angka itu tidak mewakili jumlah total fasilitas medis yang menjadi target atau terdampak agresi. Sementara otoritas Ukraina mengklaim, terdapat sekitar 400 serangan terhadap fasilitas medis sejak Rusia melancarkan agresi pada 24 Februari lalu.
Sementara itu, Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus menyuarakan dukungan terhadap Ukraina. “WHO mendukung Anda. Kami terus menyerukan Federasi Rusia untuk menghentikan perang ini,” ujarnya.
Pekan depan, negara anggota WHO akan mempertimbangkan resolusi terhadap Rusia. Dalam resolusi itu turut tercakup kemungkinan penutupan kantor regional utama WHO di Moskow. Rancangan resolusi sempat diperoleh Reuters tidak mencantumkan sanksi yang lebih keras terhadap Rusia, seperti penangguhan keanggotaan negara tersebut di WHO.
Rusia mulai melancarkan serangan ke Ukraina pada 24 Februari lalu. Sejauh ini, lebih dari 3.400 warga sipil dilaporkan tewas. Konflik telah menyebabkan lebih dari 5,8 juta warga Ukraina mengungsi ke negara-negara tetangga.