REPUBLIKA.CO.ID, MANILA -- Polisi dan militer Filipina bersiaga tinggi dalam persiapan menit-menit terakhir untuk pemilihan umum negara itu. Meski petugas mengaku saat ini situasi keseluruhan tetap relatif damai.
"Kami siap untuk segala kemungkinan," kata kepala Angkatan Bersenjata Letnan Jenderal Andres Centino dalam jumpa pers dengan perwira polisi yang bertanggung jawab Letnan Jenderal Vicente Danao serta pejabat komisi pemilihan Filipina.
"Kami berkomitmen ... untuk memastikan bahwa kami memiliki pemilihan yang aman, akurat, bebas dan adil besok," katanya merujuk pada penyelenggara pemilihan umum pada Senin (9/5/2022)
Kekerasan politik, tuduhan kecurangan dan pembelian suara merusak pemilihan sebelumnya di Filipina. Namun, polisi mengatakan telah mencatat pelanggaran terkait pemungutan suara yang jauh lebih sedikit daripada pemilihan umum 2016 dan pemilihan paruh waktu 2019.
"Mudah-mudahan kita bisa menjaga ketentraman ini hingga hari terakhir proses pemilu kita," kata Danao.
Juru bicara Kepolisian Nasional Filipina Jean Fajardo mengatakan kepada pengarahan lain bahwa situasi pra-pemilu relatif damai. Hanya terdapat 16 pelanggaran terkait pemilu, termasuk penembakan di provinsi Nueva Ecija dan Ilocos Sur.
Rakyat Filipina akan memberikan suara untuk memilih pengganti Presiden Rodrigo Duterte. Pemilihan umum kali ini juga akan bersamaan dengan pemilihan wakil presiden, 12 senator, ratusan anggota kongres,ribuan gubernur, walikota, dan anggota dewan provinsi serta kota.
Pemilihan presiden adalah pertandingan ulang antara putra mendiang diktator Filipina Ferdinand "Bongbong" Marcos Jr. melawan pengacara hak asasi manusia Leni Robredo. Masa kampanye yang berjalan tiga bulan pun telah berakhir pada Sabtu (7/5/2022).
Sedangkan Duterte tidak memberikan mendukung secara langsung kepada salah satu calon presiden. Namun, partainya mendukung kandidat terdepan Marcos dan pasangannya yang juga putri Duterte, Sara Duterte-Carpio.