REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Ibu negara Amerika Serikat (AS) Jill Biden pada Ahad (8/5/2022) melakukan kunjungan mengejutkan ke Ukraina. Kunjungan ini bertepatan dengan Hari Ibu.
Dalam kunjungan ke Ukraina barat, Jill Biden bertemu dengan ibu negara Ukraina Olena Zelenska di sebuah sekolah. Sekolah itu dialih tempatkan sebagai tempat tinggal sementara bagi pengungsi Ukraina di kota Uzhhorod.
Jill Biden menulis sebelumnya di Twitter bahwa dia ingin bersama ibu-ibu Ukraina dan anak-anak mereka di Hari Ibu. "Saya ingin datang pada Hari Ibu," kata ibu negara AS itu kepada Zelenska ketika tiba di Ukraina.
Ia juga mengatakan, bahwa selama beberapa bulan terakhir, terlalu banyak orang Ukraina yang harus meninggalkan rumah mereka memaksa mereka untuk meninggalkan orang yang mereka cintai. "Saya pikir penting untuk menunjukkan kepada rakyat Ukraina bahwa perang ini harus dihentikan dan perang ini brutal dan bahwa rakyat Amerika Serikat mendukung rakyat Ukraina," kata Jill Biden.
"Sebagai seorang ibu, saya hanya bisa membayangkan kesedihan dan kecemasan yang mereka rasakan setiap hari dari serangan Rusia yang tidak beralasan," ujarnya menambahkan.
Jill Biden menjadi orang Amerika profil tinggi terbaru yang memasuki Ukraina selama perang, sementara penampilan publik Zalenska adalah yang pertama sejak Rusia menginvasi Ukraina pada 24 Februari.
Ibu negara menghabiskan sekitar dua jam di Ukraina, bepergian dengan kendaraan ke kota Uzhhorod, sekitar 10 menit berkendara dari desa perbatasan Slovakia tempat dia mengunjungi fasilitas pemrosesan perbatasan. Sementara Zelenska berterima kasih kepada Biden atas tindakan beraninya.
"Kami memahami apa yang diperlukan ibu negara AS untuk datang ke sini selama perang ketika aksi militer terjadi setiap hari, di mana sirene udara terjadi setiap hari, bahkan hari ini," katanya.
Setidaknya 3.309 warga sipil telah tewas dan 3.493 lainnya terluka di Ukraina sejak Rusia melancarkan perang di negara itu pada 24 Februari. Jumlah korban sebenarnya dikhawatirkan jauh lebih tinggi.
Lebih dari 5,8 juta orang telah melarikan diri ke negara lain, dengan sekitar 7,7 juta orang mengungsi, menurut badan pengungsi PBB.