REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Kantor berita Rusia, RIA mengutip Deputi Menteri Luar Negeri Alexander Grushko yang mengatakan Rusia tidak berencana dengan proaktif menutup kedutaan-kedutaannya di Eropa. Sebagai respons atas langkah tak bersahabat Barat dan sanksi-sanksi terhadap Moskow.
"Itu tidak ada dalam tradisi kami, oleh karena itu kami yakin kerja kantor perwakilan diplomatik itu penting," kata Grushko pada RIA, selasa (10/5/2022).
Sebelumnya dilaporkan Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Josep Borrell mengatakan bloknya harus mempertimbangkan menyita cadangan devisa Rusia yang dibekukan untuk membantu membiayai pembangunan Ukraina pasca perang. Hal ini ia sampaikan dalam wawancara dengan surat kabar the Financial Times.
Uni Eropa dan sekutu-sekutu Barat membatasi cadangan internasional bank sentral Rusia sejak negara itu menginvasi Ukraina. Serangan yang Moskow sebut sebagai "operasi militer khusus".
Pada the Financial Times, Borrell mengatakan masuk akal bagi Uni Eropa melakukan apa yang dilakukan Amerika Serikat (AS) pada aset-aset bank sentral Afghanistan. Setelah Taliban menguasai pemerintahan negara itu.
"Kami memiliki uangnya di kantor kami, dan seseorang harus menjelaskan pada saya mengapa baik untuk menggunakan uang orang Afghanistan dan tidak baik menggunakan uang orang Rusia," kata Borrell.