REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON - Amerika Serikat (AS) menjadi tuan rumah pertemuan para pemimpin ASEAN pada Kamis (11/5/2022) dan Jumat (12/5/2022). Menurut para analis, AS akan menunjukkan kepada para pemimpin negara ASEAN bahwa Indo-Pasifik dan tantangan China tetap menjadi fokus pemerintahan Joe Biden meskipun ada krisis Ukraina.
Koordinator Indo-Pasifik Pemerintah Joe Biden, Kurt Campbell berbicara di sebuah think tank pada Rabu (11/5/2022) tentang pengertian yang mendalam dalam pemerintahan Biden tentang perlunya untuk tidak terganggu dari Indo-Pasifik. Ia mengatakan akan berusaha untuk meningkatkan investasi dan keterlibatan AS di negara-negara ASEAN.
Campbell juga mengatakan, bahwa China, Myanmar, Taiwan dan Ukraina akan menjadi salah satu isu yang dibahas. "Kami percaya sangat penting bagi negara-negara lain untuk menggarisbawahi secara publik dan pribadi bahwa apa yang telah terjadi di Ukraina tidak boleh terjadi di Asia," katanya, merujuk pada ancaman China untuk merebut kembali Taiwan dengan paksa jika perlu.
Campbell mengakui kritik bahwa keterlibatan AS dengan ASEAN telah berkurang di banyak bidang penting. "Kami harus mengirim sinyal bahwa Amerika Serikat akan menjadi mitra tetap, dan bahwa kepentingan strategis kami mendorong kami dan mengarahkan kami untuk memainkan peran yang lebih besar dari waktu ke waktu," katanya dilansir lman Channel News Asia, Kamis (12/5/2022).
Sebelumnya Campbell mengatakan pada akan ada diskusi substansial dengan ASEAN mengenai teknologi, pendidikan, infrastruktur. Ia juga menyatakan bahwa Washington akan segera mengumumkan rencana untuk memerangi penangkapan ikan ilegal di Pasifik dengan lebih baik.
Kate Rebholz, penjabat duta besar AS untuk ASEAN mengatakan KTT itu akan membawa pernyataan visi AS-ASEAN yang ambisius dan berwawasan ke depan hingga ada inisiatif baru. Itu termasuk kemitraan di bidang kesehatan masyarakat, iklim, dan pertumbuhan ekonomi.
Bahkan jika KTT sebagian besar simbolis dan tidak ada kemajuan dramatis yang diharapkan, para analis dan diplomat mengatakan bahwa fakta itu terjadi bertujuan untuk menunjukkan bahwa Cina tetap menjadi tantangan kebijakan luar negeri jangka panjang AS, terlepas dari tindakan Rusia di Ukraina.
Mereka mengatakan kemungkinan akan meningkatkan kemitraan strategis AS-ASEAN saat ini dengan menambahkan sebuah kata untuk menjadikannya kemitraan strategis komprehensif, yang sejalan dengan deskripsi hubungan ASEAN dengan Australia dan China.
"Pertemuan itu adalah pesan bahwa AS sebenarnya mampu berjalan dan mengunyah permen karet pada saat yang sama, dan tidak terganggu," tutur Bilahari Kausikan, mantan sekretaris tetap kementerian luar negeri Singapura.