REPUBLIKA.CO.ID, RAMALLAH -- Presiden Palestina Mahmoud Abbas, Kamis (12/5), mengatakan, pihak berwenang Israel harus bertanggung jawab penuh atas pembunuhan seorang reporter veteran Aljazirah, Shireen Abu Akleh, di Tepi Barat. Abbas menyerukan penyelidikan internasional atas pembunuhan tersebut.
Abu Akleh menderita luka tembak di kepala. Dia ditembak ketika sedang melakukan peliputan di Jenin pada Rabu (12/5). Aljazirah menuduh pasukan Israel melakukan penembakan itu.
Israel mengeklaim, tembakan fatal itu mungkin dilakukan seorang pria bersenjata Palestina. Israel telah mengusulkan penyelidikan bersama dengan Palestina, dan meminta mereka menyerahkan peluru yang mengenai kepala Abu Akleh untuk pemeriksaan. Namun, Abbas menolak usulan Israel untuk melakukan penyelidikan bersama.
"Kami menolak penyelidikan bersama dengan otoritas pendudukan Israel, karena mereka melakukan kejahatan dan karena kami tidak mempercayai mereka," kata Abbas.
Baca juga : Qatar Desak Pembunuh Jurnalis Aljazirah Dimintai Pertanggungjawaban
Abbas menambahkan, Otoritas Palestina akan segera pergi ke Pengadilan Kriminal Internasional untuk melacak para penjahat. Perdana Menteri Israel, Naftali Bennett, membenarkan Otoritas Palestina telah menolak penyelidikan bersama.
"Saya menegaskan kembali harapan saya untuk kerja sama yang terbuka, transparan dan penuh mengenai temuan ini," kata Bennett.
Abu Akleh (51 tahun) mengenakan rompi pelindung biru dengan tulisan "press" saat meliput di Jenin. Dia meliput operasi penangkapan terbaru yang diluncurkan oleh militer Israel di tengah serangan mematikan oleh orang Arab di Israel. Wartawan Palestina lainnya di tempat kejadian, Ali Samoodi, juga mengalami luka karena tertembak.
Jenazah Abu Akleh dibawa dalam iring-iringan mobil dari sebuah rumah sakit di Ramallah menuju kompleks kediaman Abbas. Ratusan pelayat berbaris di kedua sisi jalan, dan beberapa melemparkan bunga. Kematian Abu Akleh mengundang kecaman internasional dan Arab, termasuk Gedung Putih yang menuntut penyelidikan komprehensif.
Baca juga : Pakar Timur Tengah Ragu Penembak Jurnalis Al Jazeera Dapat Sanksi PBB