REPUBLIKA.CO.ID., WASHINGTON -- Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden telah mengesahkan kembali pengerahan pasukan AS ke Somalia, ungkap Gedung Putih pada Senin (16/5/2022) dalam pembalikan kebijakan besar yang dilakukan atas permintaan Pentagon.
Mantan Presiden AS Donald Trump menarik sekitar 700 tentara Amerika keluar dari negara Afrika timur itu selama bulan terakhir masa kepresidenannya. Tetapi al-Shabaab, sebuah organisasi teroris yang ditargetkan AS, telah berkembang pesat, yang terbaru mengklaim serangan terhadap sebuah Pangkalan Uni Afrika pada awal Mei yang menewaskan beberapa tentara.
Juru bicara Gedung Putih Karine Jean-Pierre mengatakan Menteri Pertahanan Lloyd Austin meminta pengerahan pasukan itu bertujuan "untuk memungkinkan pertarungan yang lebih efektif melawan al-Shabaab, yang telah meningkat kekuatannya dan diusulkan menjadi ancaman yang meningkat."
Jean-Pierre mengakui adanya risiko bawaan dari pengerahan pasukan AS, tetapi dia juga mengatakan itu "dapat dikelola."
Pasukan yang akan dikirim ke Somalia akan datang dari penempatan saat ini di wilayah tersebut, dan akan melakukan apa yang disebut Gedung Putih sebagai misi "episodik" di negara itu setelah penarikan Trump pada Januari 2021.
"Hari ini di Somalia kita menghadapi afiliasi global terbesar dan terkaya al-Qaeda dan salah satu yang memiliki tempat perlindungan teritorial yang substansial," kata Jean-Pierre, mengacu pada kelompok teroris al-Shabaab.
"Keputusan untuk memperkenalkan kembali kehadiran kecil tapi terus-menerus dibuat pertama dan terutama untuk memaksimalkan keamanan dan efektivitas pasukan kami dan memungkinkan mereka untuk memberikan dukungan yang lebih baik kepada mitra kami.”
“Selain itu, mitra kami dapat memperoleh manfaat dari dukungan dan keterlibatan kami yang lebih konsisten dalam menangani ancaman yang ditimbulkan oleh al-Shabaab," tambah Jean-Pierre.
Gedung Putih tidak merinci jumlah total pasukan yang akan dikirim ke negara itu.