Rabu 18 May 2022 06:11 WIB

Ukraina Evakuasi Pasukan, Rusia Pegang Kendali Atas Mariupol

Militer Ukraina berupaya mengevakuasi semua pasukan yang tersisa di Mariupol

Rep: deutsche welle/ Red: deutsche welle
Rusia Serang Ukraina
Rusia Serang Ukraina

Evakuasi pasukan Ukraina di Mariupol kemungkinan menandai akhir dari pertempuran terpanjang invasi Rusia dan kekalahan signifikan bagi Ukraina. Mariupol sekarang berada dalam reruntuhan, setelah militer Rusia mengepung dan diduga telah menewaskan puluhan ribu orang di kota itu.

"Garnisun 'Mariupol' telah memenuhi misi tempurnya," kata Staf Umum Angkatan Bersenjata Ukraina dalam sebuah pernyataan yang mengumumkan evakuasi. "Komando tertinggi militer memerintahkan komandan unit yang ditempatkan di Azovstal untuk menyelamatkan nyawa personel … Pasukan di Mariupol adalah pahlawan di zaman kita,” tambahnya.

Wakil Menteri Pertahanan Ukraina Anna Malyar mengatakan 53 tentara yang terluka dari pabrik baja Azovstal dibawa ke rumah sakit di kota Novoazovsk yang dikuasai Rusia, sekitar 32 km ke timur, sementara 211 orang lainnya dibawa ke kota Olenivka, sebuah daerah yang dikuasai oleh separatis yang didukung Rusia.

Baca juga : Perundingan Damai Rusia dan Ukraina Kembali Terhenti

Semua pengungsi akan menghadapi pertukaran tahanan potensial dengan Rusia, tambahnya. Sekitar 600 tentara diyakini masih berada di dalam pabrik baja tersebut. Militer Ukraina mengatakan saat ini sedang dilakukan upaya untuk mengevakuasi mereka yang masih berada di dalam.

"Kami berharap dapat menyelamatkan nyawa orang-orang kami," kata Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy dalam pidatonya di pagi hari. "Ada yang terluka parah di antara mereka. Mereka menerima perawatan. Ukraina membutuhkan mereka hidup-hidup."

Reuters melihat lima bus yang membawa pasukan dari Azovstal tiba di Novoazovsk pada Senin malam (16/05/2022). Dalam satu bus bersimbol huruf Z, yang merupakan simbol invasi Rusia, terlihat orang-orang ditumpuk di atas tandu di tiga tingkat.

Ledakan di Lviv, pertempuran di Kharkiv

Pasukan invasi Rusia telah mengalami kemunduran, ketika mereka dipaksa keluar dari utara dan sekitar Kyiv pada akhir Maret lalu. Sebuah serangan balik Ukraina dalam beberapa hari terakhir telah mendorong pasukan Rusia keluar dari daerah dekat Kharkiv, kota terbesar di timur.

Daerah di sekitar Kyiv dan kota barat Lviv, dekat perbatasan Polandia, terus diserang Rusia. Serangkaian ledakan melanda Lviv pada Selasa (17/05/2022) pagi, kata seorang saksi mata Reuters. Tidak ada laporan segera mengenai korban atau kerusakan.

Baca juga : Gerilyawan Ukraina Tewaskan Perwira Tinggi Rusia di Melitopol

Pada hari Senin (16/05/2022), Kementerian Pertahanan Ukraina mengatakan pasukan telah maju sampai ke perbatasan Rusia, sekitar 40 km utara Kharkiv. Keberhasilan itu dapat membuat Ukraina menyerang jalur pasokan utama Rusia.

Pernyataan Putin atas keanggotaan NATO

Rusia telah menghadapi sanksi besar-besaran atas tindakannya di Ukraina, tetapi menteri luar negeri Uni Eropa gagal menekan Hungaria untuk mencabut vetonya atas embargo minyak yang diusulkan.

McDonald's Corp pada hari Senin (16/05/2022) menjadi salah satu merek global terbesar yang keluar dari Rusia dan menyusun rencana untuk menjual semua restorannya setelah beroperasi di negara itu selama lebih dari 30 tahun.

Baca juga : Pasukan Ukraina Dibebaskan Setelah Dua Bulan Terjebak di Pabrik Baja

Presiden Rusia Vladimir Putin pada hari Senin (16/05/2022) menanggapi rencana Finlandia dan Swedia masuk dalam keanggotaan NATO.

"Sejauh ekspansi berjalan, Rusia tidak memiliki masalah dengan negara-negara ini (Finlandia dan Swedia) - tidak ada. Dan dalam hal ini, tidak ada ancaman langsung ke Rusia dari ekspansi (NATO) untuk memasukkan negara-negara ini," kata Putin.

Pernyataan itu tampaknya menandai perubahan besar dalam retorika, setelah bertahun-tahun menyebut perluasan NATO sebagai ancaman langsung terhadap keamanan Rusia, termasuk mengutipnya sebagai pembenaran untuk invasi ke Ukraina sendiri.

Putin mengatakan perluasan NATO sedang digunakan oleh Amerika Serikat dengan cara "agresif" untuk memperburuk situasi keamanan global, dan bahwa Rusia akan merespons jika aliansi itu memasok senjata atau pasukan ke perbatasan.

"Perluasan infrastruktur militer ke wilayah ini tentu akan memancing respons kami. Apa (respons) itu - kami akan melihat ancaman apa yang diciptakan untuk kami," kata Putin.

ha/pkp (Reuters)

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan deutsche welle. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab deutsche welle.
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement