REPUBLIKA.CO.ID, BONN -- Bank Dunia akan menggelontorkan 30 miliar dolar AS untuk menahan krisis pangan yang disebabkan invasi Rusia di Ukraina. Pasalnya perang tersebut memangkas ekspor gandum dua negara itu.
Bank Dunia mengatakan dana yang disediakan terdiri dari 12 miliar dolar AS untuk proyek-proyek baru yang berkaitan dengan pangan dan nutrisi. Serta 18 miliar dolar AS lagi untuk proyek-proyek yang sudah ada dan telah disetujui tapi belum dicairkan.
"Kenaikan harga pangan berdampak sangat menghancurkan pada yang paling miskin dan rentan," kata Presiden Bank Dunia David Malpass dalam pernyataannya, Rabu (18/5/2022).
"Untuk menstabilkan dan menginformasikan pasar, sangat penting negara-negara segera memberi penjelasan yang jelas mengenai kenaikan produksi di masa depan dalam merespon invasi Rusia di Ukraina," tambahnya.
Bank Dunia mengatakan proyek-proyek baru diharapkan akan membantu sektor pertanian, jaminan sosial untuk melindungi orang miskin dari kenaikan harga pangan, dan proyek-proyek air dan irigasi. Sebagian besar sumber daya itu akan diberikan ke Afrika, Timur Tengah, Eropa Timur, Asia Tengah, dan Asia Selatan.
Kawasan-kawasan tersebut yang paling terdampak pada turunnya pasokan gandum Ukraina. Negara-negara seperti Mesir sangat bergantung pada gandum Ukraina dan Rusia. Kini mereka kesulitan mendapatkan gandum karena Rusia memblokir ekspor pertanian Ukraina di pelabuhan Laut Hitam dan memberlakukan pembatasan ekspor domestik.
Rencana Bank Dunia menjadi komponen terbesar laporan rencana aksi ketahanan pangan yang dirilis Departemen Keuangan AS pada Rabu kemarin.
Dalam laporan tersebut Departemen Keuangan AS mengatakan rencana Bank Eropa untuk Pembangunan dan Rekonstruksi akan menyediakan 500 juta euro untuk ketahanan pangan dan perdagangan finansial pada produk pangan dan pertanian. Dana itu bagian dari 2 miliar euro yang digelontorkan ke Ukraina dan negara-negara tetangganya yang terdampak perang.
Ukraina akan mendapatkan 200 juta euro dan negara-negara tetangganya akan mendapatkan 300 juta euro. Dana Moneter Internasional akan memberikan bantuan finansial melalui jalur normal, artinya dibatasi kepemilikan saham dan penilaian apakah utangnya berkelanjutan atau tidak.