Sabtu 21 May 2022 01:20 WIB

Hilangnya Turis Rusia Diprediksi Rugikan Pariwisata Eropa

Sanksi yang dijatuhkan oleh Barat terhadap Rusia malah mulai menjadi bumerang

Rep: Santi Sopia/ Red: Christiyaningsih
Wisatawan tanpa masker berjalan di area Louvre Museum di Paris, Prancis, Senin (14/3/2022). Sanksi yang dijatuhkan oleh Barat terhadap Rusia malah mulai menjadi bumerang karena merugikan sektor pariwisata. Ilustrasi.
Foto:

Nikolay Vavilov, ahli strategi Total Research, mengatakan orang Rusia menghabiskan lebih dari 35 miliar dolar AS (Rp 512,8 triliun) per tahun untuk perjalanan dan liburan ke luar negeri, setidaknya 60 persen dihabiskan di negara-negara Eropa. Sementara pelancong China menghabiskan lebih dari 270 miliar dolar AS per tahun sebelum pandemi.

Baik Rusia maupun Ukraina adalah pendapatan utama wisatawan ke negara-negara tetangga, termasuk tujuan pantai Eropa. Selama pandemi, pelancong Rusia menjaga sektor pariwisata Maladewa, Seychelles, dan Sri Lanka tetap hidup.

Pada 2021, Italia memperoleh lebih dari 200 juta euro dari turis Rusia. Tahun ini, menurut asosiasi hotel Federalberghi, Roma akan kehilangan sekitar 150 juta euro karena absennya turis Rusia. Jelas, perhitungan ini sangat kasar, karena, misalnya, pada 2019 Italia dikunjungi oleh 1,7 juta orang Rusia, menghabiskan total hampir satu miliar euro di sana.

Lebih dari 1,3 juta orang Rusia datang ke Spanyol pada 2019. Ketidakhadiran mereka pada 2022 menurut perkiraan Institut Pariwisata dan diperkirakan menelan kerugian 1,4 miliar euro. Tahun lalu, Yunani yang menampung sekitar 120 ribu pelancong Rusia hampir sepenuhnya menghentikan pemesanan untuk orang Rusia saat ini.

Siprus yang dikelola Yunani berisiko kehilangan hingga 2,5 persen dari PDB tahunan jika turis Rusia, yang pangsanya diperkirakan 25-30 persen, tidak akan kembali ke negara itu pada akhir tahun, menurut analis ATOR. Bahkan Kuba yang eksotis dan Republik Dominika sedang bersiap untuk menghitung kerugian karena kekurangan turis Rusia.

Selama pandemi, Rusia yang menyumbang sebagian besar wisatawan (40 persen) di Freedom Island, dan di Republik Dominika, adalah yang kedua setelah Amerika. Konsekuensi dari ketidakhadiran Rusia di sana sudah disebut "mengerikan".

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement