REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida mengatakan ia kecewa dengan pembangunan China di perairan Laut China Timur. Ia mengatakan langkah Beijing tersebut tidak dapat "diterima."
Di depan wartawan, Sabtu (21/5/2022) di Kyoto, Kishida mengatakan pemerintahnya sudah mengirimkan protes pada China melalui jalur diplomatik.
Pada Jumat (20/5/2022) kemarin Kementerian Luar Negeri Jepang merilis pernyataan yang mengkonfirmasi China meningkatkan pembangunan di sumber daya alam di Laut China Timur. Termasuk wilayah di bagian barat yang menjadi titik tengah antara Jepang dan China.
Pulau-pulau kecil di Laut China Timur merupakan salah satu sumber ketegangan antara perekonomian terbesar kedua dan ketiga dunia. China mengklaim kepulauan yang dikuasai Jepang tersebut.
Nikkei Asia melaporkan pada 2008 Jepang dan China sepakat untuk mengembangkan sumber daya gas di perairan Laut China Timur. Tapi negosiasi kesepakatan tersebut terhenti pada tahun 2010.
Tokyo mengetahui China membangun berbagai fasilitas gas di 17 lokasi dekat garis tengah perbatasan laut kedua negara. Melalui undang-undang domestiknya Jepang menganggap garis itu merupakan garis demarkasi antara dua negara.