REPUBLIKA.CO.ID, ABU DHABI – Sistem perawatan kesehatan Uni Emirat Arab (UEA) disiapkan untuk potensi penyebaran cacar monyet. Kementerian Kesehatan dan Pencegahan (MoHAP) sedang menyelidiki dan memantau kasus-kasus yang dicurigai.
Tetapi, MoHAP tidak mengatakan apakah ada kasus cacar monyet yang telah dikonfirmasi di Uni Emirat Arab. Dilansir Alarabiya, Ahad (22/5/2022) MoHAP mengeluarkan surat edaran untuk semua pekerja medis di Uni Emirat Arab, dan meminta mereka untuk melaporkan kasus yang dicurigai cacar monyet kepada pihak berwenang.
Arab Saudi pada Sabtu (21/5/2022) mengeluarkan pernyataan serupa yang mengatakan bahwa, kerajaan telah mengeluarkan pedoman untuk petugas kesehatan. Arab Saudi mengatakan, semua tes yang diperlukan untuk mengidentifikasi cacar monyet telah tersedia.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), lebih dari 80 kasus penyakit virus cacar monyet telah terdeteksi dalam beberapa hari terakhir. Sementara 50 kasus potensial lainnya sedang dipantau.
Penyakit cacar monyet dapat menyebabkan beberapa gejala termasuk demam, nyeri, dan sering disertai dengan ruam yang khas. Penyakit ini umumnya menyebar melalui kontak kulit-ke-kulit dan diyakini berasal dari Afrika barat
Kebanyakan orang sembuh total dari cacar monyet dalam dua sampai empat pekan. Penyakit ini memiliki tingkat kematian sekitar satu persen.
Penyebaran kasus cacar monyet telah memicu kekhawatiran akan menjadi pandemi setelah Covid-19. Namun, cacar monyet jauh lebih tidak menular daripada Covid-19, dan seharusnya lebih mudah dibendung daripada virus SARS-CoV-2 yang menular lewat udara.
Israel mendeteksi kasus pertamanya pada Sabtu. Sejumlah negara seperti Inggris, Prancis, Jerman, Belgia, Italia, Portugal, Spanyol dan Swedia, Amerika Serikat, Kanada, dan Australia telah mengidentifikasi penyakit cacar monyet.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memprediksi akan ada lebih banyak kasus cacar monyet muncul di negara-negara yang biasanya tak menemukan penyakit tersebut. Sejauh ini, sudah terdapat 92 kasus terkonfirmasi dan 28 kasus dugaan cacar monyet di 12 negara anggota WHO yang tidak endemik virus terkait.
"Informasi yang tersedia menunjukkan bahwa penularan dari manusia ke manusia terjadi di antara orang-orang yang melakukan kontak fisik dekat dengan kasus-kasus yang menunjukkan gejala,” kata WHO dalam sebuah pernyataan, Ahad (22/5/2022).
Baca juga : Saudi Larang Warganya Kunjungi 16 Negara, Termasuk Indonesia
Pejabat WHO yang juga seorang spesialis penyakit menular, David Heymann, mengungkapkan, cacar monyet tampaknya mulai menyebar seperti penyakit menular seksual.
"Apa yang tampaknya terjadi sekarang adalah bahwa ia telah masuk ke populasi sebagai bentuk seksual, sebagai bentuk genital, dan menyebar seperti infeksi menular seksual, yang telah memperkuat penularannya di seluruh dunia," ucapnya saat diwawancara Reuters.
Kendati demikian, Heymann menjelaskan, kontak dekat adalah jalur penularan utama cacar monyet karena lesi khas penyakit tersebut sangat menular. Orang tua yang merawat anaknya yang terinfeksi atau petugas kesehatan dengan pasien adalah contoh kasus perpindahan virus sangat dimungkinkan. Banyak dari kasus yang telah dilaporkan ke WHO saat ini teridentifikasi di klinik kesehatan seksual.
Heymann menekankan, wabah cacar monyet tidak menyerupai masa-masa awal pandemi Covid-19 karena tidak mudah menular. Mereka yang menduga mungkin telah terpapar atau yang menunjukkan gejala, termasuk ruam bergelombang dan demam, harus menghindari kontak dekat dengan orang lain. “Ada vaksin yang tersedia, tetapi pesan yang paling penting adalah, Anda dapat melindungi diri sendiri,” ucap Heymann.
Baca juga : Spanyol Laporkan 31 Kasus Cacar Monyet