REPUBLIKA.CO.ID, KIEV -- Presiden Polandia Andrzej Duda mengatakan, hanya Ukraina yang memiliki hak untuk memutuskan masa depannya sendiri. Duda menjadi pemimpin negara asing pertama yang berpidato di hadapan parlemen Ukraina sejak invasi Rusia 24 Februari lalu.
Ukraina tidak bersedia menyepakati perjanjian damai yang melibatkan penyerahan wilayah dan menolak ajakan gencatan senjata bila pasukan Rusia masih berada di teritorialnya. Kiev mengatakan, hal itu hanya akan memberi Moskow waktu untuk membangun kembali pasukannya.
"Suara-suara yang mengkhawatirkan telah muncul, dengan mengatakan Ukraina harus memenuhi permintaan Putin, hanya Ukraina yang memiliki hak untuk memutuskan masa depannya, tidak ada yang lain tanpa kalian," kata Duda disusul suara tepuk tangan anggota legislatif Ukraina, Ahad (22/5).
Ia menambahkan, masyarakat internasional harus meminta Rusia untuk menarik seluruh pasukannya dari wilayah Ukraina.
"Bila Ukraina berkorban untuk alasan ekonomi atau ambisi politik, bahkan satu sentimeter wilayahnya, maka akan menjadi pukulan keras tidak hanya bagi bangsa Ukraina, tapi juga seluruh dunia Barat," kata Duda.
Polandia merupakan tempat kelahirannya serikat perdagangan Solidaritas yang memainkan peran besar dalam mengakhiri komunisme di Eropa timur. Karena itu sudah lama hubungan Polandia dan Rusia merenggang.
Sejak Moskow menggelar invasi ke Ukraina, Warsawa memposisikan dirinya sebagai sekutu Kiev yang paling gigih. Polandia mengadvokasi sanksi-sanksi terhadap Rusia dan vokal mendukung Ukraina untuk bergabung ke Uni Eropa.
"Saya tidak akan beristirahat sampai Ukraina menjadi anggota Uni Eropa," kata Duda.