REPUBLIKA.CO.ID, DAKAR – Kanselir Jerman Olaf Scholz mengatakan, negaranya ingin mengejar proyek gas dan energi terbarukan dengan Senegal. Hal itu disampaikan saat Jerman hendak mengurangi ketergantungan pasokan gas dari Rusia.
Scholz memulai lawatan tiga hari di Senegal pada Ahad (22/5/2022). Dalam konferensi pers bersama Presiden Senegal Macky Sall, Scholz mengungkapkan, Jerman sedang berusaha mereduksi ketergantungannya yang besar pada pasokan gas Rusia. Hal itu menyusul keputusan Moskow menyerang Ukraina.
Pada kesempatan itu, dia menyampaikan bahwa Jerman telah memulai pembicaraan dengan Senegal tentang ekstraksi gas dan gas alam cair. “Ini adalah hal yang perlu ditindaklanjuti secara intensif,” ucapnya.
Menurut Scholz, kemajuan dalam proses pembicaraan adalah kepentingan bersama kedua negara. Selain itu, Scholz mengatakan, Jerman juga tertarik untuk menjalin kerja sama dalam bidang energi terbarukan dengan Senegal. Namun dia tak memberikan penjelasan terperinci mengenai hal itu.
Sementara itu, Macky Sall mengungkapkan, Senegal siap memasok gas alam cair ke Eropa. Dia memperkirakan, produksi gas alam cair Senegal bisa mencapai 2,5 juta ton pada tahun depan dan 10 juta ton pada 2030. “Dalam hal eksplorasi gas, pembiayaan proyek, dan pertanyaan lainnya, semuanya terbuka, dan kami ingin bekerja sama dengan Jerman dalam konteks ini," ucapnya.
Jerman telah mengundang Senegal dan Afrika Selatan (Afsel) sebagai negara tamu dalam KTT G7 yang dijadwalkan digelar pada Juni mendatang. Saat ini Senegal diketahui tengah mengemban posisi ketua bergilir di Uni Afrika.
Baik Senegal maupun Afsel, keduanya memilih abstain saat PBB menggelar pemungutan suara resolusi terkait invasi Rusia ke Ukraina. Moskow mengklaim serangannya ke Ukraina sebagai “operasi militer khusus”. Sementara Kiev menggambarkan agresi Rusia sebagai serangan tak beralasan.