"Kami tidak memiliki pendapatan rupee, dan sekarang kami harus mencetak (satu) triliun rupee lagi," kata Wickremesinghe.
Wickremesinghe memperingatkan bahwa inflasi tahunan dapat meroket melewati 40 persen dalam beberapa bulan mendatang. Kondisi ini akan memberikan tekanan lebih lanjut pada rumah tangga Sri Lanka yang sudah bergulat dengan harga tinggi.
Menurut data pemerintah yang dirilis pada Senin (23/5/2022), inflasi naik ke rekor 33,8 persen yoy di April, dibandingkan dengan 21,5 persen pada Maret. Sehari berikutnya, pemerintah mengumumkan kenaikan harga bensin dan solar untuk membantu memperbaiki keuangan publik.
Para ekonom mengatakan kenaikan itu perlu tetapi akan memperburuk inflasi. Mereka juga menyuarakan kekhawatiran bahwa mencetak uang akan menambah tekanan inflasi.
Wickremesinghe menyatakan seorang menteri keuangan baru untuk memimpin pembicaraan antara Sri Lanka dengan Dana Moneter Internasional (IMF) untuk paket pinjaman akan ditunjuk pada Rabu. Kabinet menteri baru terbentuk setelah kakak laki-laki Presiden Rajapaksa, Mahinda, mengundurkan diri sebagai perdana menteri awal bulan ini.
Pada negosiasi dengan IMF, Wickremesinghe mengharapkan paket pinjaman berkelanjutan dari pemberi pinjaman internasional. Pinjam itu dibarengi dengan melakukan reformasi struktural yang akan menarik investasi baru ke negara itu.
Tapi Wickremesinghe mengakui khawatir tentang kekurangan pangan mulai Agustus dan seterusnya. Kondisi ini terjadi sebagian karena keputusan bencana tahun lalu untuk berhenti mengimpor pupuk kimia yang memangkas produktivitas, Sri Lanka juga mengandalkan bantuan asing dari sekutu dan lembaga multilateral untuk menopang pasokan bahan pokok
"Kami harus mencari bantuan dari teman-teman kami di luar negeri untuk memastikan ada cukup makanan. Kami akan membutuhkan lebih banyak beras," ujar Wickremesinghe.
India yang bersaing dengan China untuk mendapatkan pengaruh atas pulau yang berlokasi strategis itu telah menjadi benteng bantuan dalam beberapa bulan terakhir. New Delhi menyediakan makanan, bahan bakar, obat-obatan, dan dukungan keuangan.
Tapi, itu masih belum cukup sehingga Wickremesinghe kemungkinan akan bertemu dengan duta besar Cina untuk Sri Lanka minggu depan, mencari pupuk dan obat-obatan. "Kami ingin melihat apa yang tersedia. Kami tahu kami membutuhkan pupuk. Saya akan fokus pada itu," ujarnya.