REPUBLIKA.CO.ID, DAVOS - Kanselir Jerman Olaf Scholz mengatakan Rusia tidak akan memenangi perang di Ukraina dan Presiden Vladimir Putin tidak boleh mendikte persyaratan perdamaian apa pun. Setelah gagal merebut Ibu Kota Kiev atau kota keduanya Kharkiv dalam perang selama tiga bulan, pasukan Rusia berusaha untuk merebut kendali penuh atas wilayah Donbas di timur dan mencatat kemajuan di selatan meskipun ada perlawanan keras dari Ukraina dan sanksi Barat yang keras terhadap Moskow.
"Putin tidak boleh memenangkan perangnya dan saya yakin dia tidak akan menang. Perebutan seluruh wilayah Ukraina tampaknya semakin tidak mungkin sekarang daripada ketika awal perang," kata Scholz dalam pidatonya di World Economic Forum di Davos, Swiss, Kamis (27/5/2022).
Meskipun beberapa pihak telah menyarankan agar Ukraina bernegosiasi dengan Putin dan mempertimbangkan untuk menyerahkan wilayah, Scholz menolak gagasan untuk membiarkan Putin mendikte persyaratan perjanjian. "Tidak akan ada perdamaian yang didikte. Ukraina tidak akan menerima ini, dan kami juga tidak," tutur Scholz.
Masih menurut Scholz, Putin kemungkinan hanya akan bernegosiasi serius begitu dia menerima bahwa perang tidak dapat dimenangkan, membuat dukungan Barat yang berkelanjutan untuk Ukraina menjadi penting. Scholz tidak menjawab permintaan Ukraina untuk pengiriman lebih banyak senjata berat ke Kiev, meskipun ada permintaan nyata dari Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba di Davos pada Rabu (25/5/2022).
Kuleba mengatakan Kiev telah berusaha untuk mendapatkan kendaraan tempur infanteri Marder Jerman dan idealnya juga tank tempur utama Leopard. Akan tetapi sejauh ini belum membuat kemajuan yang signifikan dengan pemerintah di Berlin. Berharap untuk melemahkan ekonomi Rusia dan dengan demikian kemampuannya untuk berperang, Scholz mengatakan Jerman akan mengakhiri impor minyak Rusia pada akhir 2022 dan juga mengurangi ketergantungan pada gas Rusia.