REPUBLIKA.CO.ID, KIEV -- Ukraina mengatakan pasukannya mungkin harus mundur dari kantong perlawanan terakhir di Luhansk demi menghindari penangkapan pasukan Rusia. Angkatan bersenjata Moskow terus menekan maju di bagian timur Ukraina.
Bila pasukan Ukraina mundur maka target Presiden Rusia Vladimir Putin menguasai Luhansk dan Donetsk sepenuhnya berhasil. Pasukannya menguasai dua daerah yang dikenal sebagai Donbas sambil terus meledakan sejumlah kota-kota di sekitarnya.
Gubernur Luhansk Serhiy Gaidai mengatakan pasukan Rusia sudah masuk kota terbesar di Donbas, Sievierodonetsk yang saat ini masih dikuasai Ukraina. Usai mencoba menjebak pasukan Ukraina di sana selama berhari-hari. Gaidai mengatakan 90 persen gedung di kota itu hancur.
"Rusia tidak dapat merebut daerah Luhansk selama beberapa hari kedepan seperti prediksi pengamat," kata Gaidai dalam aplikasi kirim pesan Telegram, Jumat (27/5/2022).
Ia menyinggung Sievierodonetsk dan kota kembarannya Lysychansk yang berada di sepanjang Sungai Siverskiy Donetsk.
"Kami akan memiliki cukup kekuatan dan sumber daya untuk membela diri, tapi mungkin untuk tidak dikepung kami akan mundur," katanya.
Separatis yang merupakan proksi Moskow mengatakan kini mereka menguasai Lyman, jalur kereta di barat Sievierodonetsk. Ukraina mengatakan Rusia menguasai sebagian besar Lyman tapi pasukannya sudah memblokir mereka untuk maju ke Sloviansk.
Presiden Volodymyr Zelenskyy mengatakan Ukraina melindungi tanah air "sebanyak yang sumber daya pertahanan yang dimilikinya saat ini." Militer Ukraina mengatakan mereka membalas delapan serangan di Donetsk dan Luhansk, menghancurkan tank-tank dan kendaraan tempur.
"Bila penjajah mengira Lyman dan Sievierodonetsk akan menjadi milik mereka, mereka salah, Donbas akan menjadi milik Ukraina," kata Zelenskyy dalam pidato malamnya.