REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Presiden Rusia Vladimir Putin memperingatkan Presiden Prancis Emmanuel Macron dan Kanselir Jerman Olaf Scholz terkait peningkatan pasokan senjata ke Ukraina. Putin mengatakan, pasokan senjata itu dapat menyebabkan destabilisasi lebih lanjut.
Kremlin menyatakan, peringatan itu disampaikan Putin dalam panggilan telepon tiga arah dengan para pemimpin Prancis dan Jerman pada Sabtu (29/5/2022). Putin mengatakan kepada Macron dan Scholz bahwa melanjutkan pasokan senjata ke Ukraina sangat berbahaya. Putin juga memperingatkan, memasok persenjataan ke Ukraina meningkatkan risiko destabilisasi dan memperburuk krisis kemanusiaan.
Panggilan telepon dengan Macron dan Scholz berlangsung selama 80 menit. Juru bicara kanselir Jerman mengatakan, dalam pembicaraan tersebut Jerman dan Prancis mendesak gencatan senjata dan penarikan pasukan Rusia dari Ukraina. Mereka juga mendesak Putin untuk terlibat dalam negosiasi serius secara langsung dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy untuk mengakhiri pertempuran.
"Putin menegaskan keterbukaan Rusia untuk dimulainya kembali dialog," ujar pernyataan Kremlin tanpa menyebutkan kemungkinan pembicaraan langsung antara Putin dan Zelenskyy.
Dilansir Aljazirah, Ahad (30/5/2022), Kremlin mengatakan, Putin menegaskan kepada Jerman dan Prancis bahwa Rusia sedang berupaya untuk membangun kehidupan yang damai di Mariupol dan kota-kota lain yang dibebaskan di Donbas. Ketiga pemimpin sepakat untuk tetap menjalin komunikasi.
Peringatan baru Putin atas persenjataan Barat muncul ketika para pejabat Ukraina menekan negara-negara Barat untuk berhenti mengirim senjata yang lebih canggih dan kuat. Terutama beberapa sistem peluncuran roket, untuk bersaing dengan senjata Rusia dalam serangan yang sedang berlangsung di Donbas.
Departemen Pertahanan Amerika Serikat (AS) tidak mengkonfirmasi laporan media pada (28/5) Jumat yang mengklaim bahwa pemerintahan Presiden Joe Biden sedang bersiap untuk mengirim sistem roket jarak jauh ke Ukraina. Sebuah unggahan Telegram yang diterbitkan di saluran resmi kedutaan Rusia, yang mengutip duta besar Anatoliy Antonov, pengiriman senjata ke Ukraina secara signifikan meningkatkan risiko eskalasi konflik.
Pemerintahan Biden dan sekutunya telah memberikan bantuan senjata yang semakin canggih ke Ukraina untuk memerangi pasukan invasi Rusia, termasuk persenjataan jarak jauh, seperti howitzer M777. Pada 11 Mei, parlemen AS mengeluarkan paket bantuan senilai 40 miliar dolar AS untuk Ukraina, yang mencakup 8,7 miliar dolar AS untuk mengisi kembali stok persenjataan AS yang dikirim ke Ukraina.