Rabu 01 Jun 2022 08:41 WIB

Ukraina Identifikasi 600 Warga Rusia yang Diduga Penjahat Perang

Ukraina telah mengidentifikasi lebih dari 600 warga Rusia yang diduga penjahat perang

Polisi bekerja untuk mengidentifikasi warga sipil yang tewas selama pendudukan Rusia di Bucha, Ukraina, di pinggiran Kyiv, sebelum mengirim mayat ke kamar mayat, Rabu, 6 April 2022.
Foto: AP/Rodrigo Abd
Polisi bekerja untuk mengidentifikasi warga sipil yang tewas selama pendudukan Rusia di Bucha, Ukraina, di pinggiran Kyiv, sebelum mengirim mayat ke kamar mayat, Rabu, 6 April 2022.

REPUBLIKA.CO.ID, DEN HAAG -- Ukraina telah mengidentifikasi lebih dari 600 warga Rusia yang disangka melakukan kejahatan perang, dan sekitar 80 di antaranya telah mulai diadili, kata Jaksa Agung Ukraina Iryna Venediktova, Selasa (31/5/2022).

Daftar tersangka itu mencakup "petinggi militer, politikus dan agen propaganda Rusia", katanya dalam konferensi pers di Den Haag, Belanda.

Venediktova mengatakan Estonia, Latvia, dan Slovakia telah memutuskan untuk bergabung dengan tim investigasi internasional di Ukraina. Tim tersebut awalnya dibentuk oleh Ukraina, Lithuania, dan Polandia pada Maret untuk melakukan pertukaran informasi dan investigasi atas dugaan kejahatan perang dan kejahatan kemanusiaan. Mereka bekerja bersama Mahkamah Pidana Internasional (ICC), yang memulai penyelidikan atas dugaan kejahatan perang di Ukraina pada awal Maret.

Jaksa ICC Karim Khan telah mengerahkan tim beranggotakan 42 penyidik, pakar forensik, dan personel pendukung ke Ukraina. Dia mengatakan bahwa ICC sedang mengusahakan pembukaan kantor di Kiev untuk mendukung penyelidikan. Venediktova mengatakan dukungan internasional sangat penting bagi Ukraina untuk menyelidiki semua kemungkinan kejahatan perang.

"Kita harus mengumpulkan dan melindungi semua hal dengan cara yang benar. Bukti-bukti harus bisa diterima di pengadilan mana pun," katanya.

Rusia membantah telah menarget warga sipil ataupunterlibat dalam kejahatan perang selama melancarkan agresi, yang mereka sebut sebagai "operasi militer khusus" di Ukraina.

sumber : Antara / Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement