REPUBLIKA.CO.ID, STOCKHOLM -- Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres berharap dapat menengahi kesepakatan agar Rusia dan Ukraina agar dapat kembali mengekspor bahan pangan, termasuk pupuk. Itu menjadi bagian dari upaya PBB mengatasi isu krisis pangan yang terjadi akibat konflik antara Moskow dan Kiev.
“Seperti yang saya katakan kepada Dewan Keamanan (PBB), saya berharap (menengahi kesepakatan agar Rusia-Ukraina kembali mengekspor bahan pangan). Tapi masih ada jalan yang harus ditempuh dan kami berkomitmen mewujudkannya,” kata Guterres dalam konferensi pers bersama Perdana Menteri Swedia Magdalena Andersson di Stockholm, Rabu (1/6/2022).
Menurut Guterres, upaya untuk membuka blokade ekspor bahan pangan dari Rusia dan Ukraina sudah mengalami kemajuan. “Namun kami belum sampai di sana. Ini adalah hal-hal kompleks, dan fakta bahwa semuanya saling terkait membuat negosiasi menjadi sangat kompleks,” ucapnya.
Pada Selasa (31/5/2022) lalu, Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov mengatakan, Barat dan Ukraina harus bertindak untuk mengatasi krisis pangan global. Menurut Lavrov, mereka bertanggung jawab atas masalah yang tengah berlangsung tersebut.
Lavrov mengatakan, negara-negara Barat menciptakan banyak masalah buatan dengan menutup pelabuhan mereka untuk kapal-kapal Rusia. Hal itu telah mengganggu pasokan logistik dan rantai keuangan. “Mereka perlu mempertimbangkan secara serius apa yang lebih penting bagi mereka: menjelaskan kepada publik tentang masalah ketahanan pangan atau mengambil langkah konkret untuk menyelesaikan masalah ini,” ucapnya kepada awak media saat berkunjung ke Bahrain, dilaporkan kantor berita Rusia, TASS.
Pekan lalu, Presiden Rusia Vladimir Putin telah mengatakan, negaranya siap memberikan kontribusi signifikan untuk mencegah krisis pangan global. Namun hal itu bakal dilakukan jika Barat mencabut sanksi terhadap Moskow terkait agresinya ke Ukraina.
“Vladimir Putin menekankan bahwa Federasi Rusia siap memberikan kontribusi signifikan untuk mengatasi krisis pangan melalui ekspor biji-bijian dan pupuk, dengan tunduk pada pencabutan pembatasan bermotif politik oleh Barat,” kata Kremlin setelah Putin melakukan percakapan via telepon dengan Perdana Menteri Italia Mario Draghi pada 26 Mei lalu.
Dalam perbincangan dengan Draghi, Putin menolak tuduhan tak berdasar yang menyebut Rusia harus disalahkan atas masalah pasokan makanan di pasar global. Ukraina dan Rusia adalah pemain besar dalam produksi pangan dunia. Menurut PBB, mereka mewakili 53 persen perdagangan global minyak bunga matahari dan biji-bijian, serta 27 persen gandum. Di Afrika, 25 negara mengimpor lebih dari sepertiga gandum mereka dari Ukraina dan Rusia.
Selain itu, Rusia dan Ukraina mengekspor 28 persen pupuk yang terbuat dari nitrogen dan fosfor, serta kalium. Konflik telah menghambat Ukraina melakukan pengiriman pasokan ke luar negeri. Sementara sanksi Barat telah mencegat Rusia mengekspor komoditas-komoditasnya.