Kamis 02 Jun 2022 09:20 WIB

Lavrov Ingatkan Pasokan Senjata AS ke Ukraina Picu Konflik Meluas

Pasokan senjata AS bisa tingkatkan risiko negara ketiga terseret konflik dengan Rusia

Rep: Fergi Nadira B/ Red: Esthi Maharani
Menteri Luar Negeri (Menlu) Rusia Sergei Lavrov mengatakan, pasokan peluncur roket canggih Amerika Serikat (AS) ke Ukraina bakal meningkatkan risiko negara ketiga terseret ke dalam konflik.
Foto: EPA-EFE/RUSSIAN FOREIGN AFFAIRS MINISTRY
Menteri Luar Negeri (Menlu) Rusia Sergei Lavrov mengatakan, pasokan peluncur roket canggih Amerika Serikat (AS) ke Ukraina bakal meningkatkan risiko negara ketiga terseret ke dalam konflik.

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW - Menteri Luar Negeri (Menlu) Rusia Sergei Lavrov mengatakan, pasokan peluncur roket canggih Amerika Serikat (AS) ke Ukraina bakal meningkatkan risiko negara ketiga terseret ke dalam konflik. Lavrov menanggapi pertanyaan pada konferensi pers di Arab Saudi tentang rencana AS untuk memberi Ukraina sistem roket canggih.

Roket tersebut diyakini dapat menyerang dengan presisi pada target jarak jauh Rusia. "Risiko-risiko ini tentu ada. Hal-hal yang dituntut oleh rezim Kiev dari para pelindung baratnya, pertama, melampaui semua batas kesopanan dan hubungan diplomatik dan, kedua, merupakan provokasi langsung yang ditujukan untuk menarik Barat ke dalam pertempuran," ujarnya seperti dilansir Al Arabiya, Kamis (2/6/2022).

Presiden AS Joe Biden mengkonfirmasi pada Selasa (31/5/2022) bahwa pemerintahannya mengirim sistem roket canggih jarak menengah ke Ukraina untuk membantu Kiev lebih tepatnya menyerang target utama di medan perang. Moskow khawatir bahwa Kiev akan menggunakan peluncur roket untuk menyerang di dalam wilayah Rusia.

"Kami percaya bahwa AS dengan sengaja dan rajin menambahkan bahan bakar ke api. AS, jelas, benar-benar mematuhi garis pertempuran Rusia hingga Ukraina terakhir,” kata juru bicara Kremlin Dmitry Peskov.

"Pasokan seperti itu tidak berkontribusi pada kebangkitan keinginan kepemimpinan Ukraina untuk melanjutkan pembicaraan damai. Karena itu, kami memperlakukan ini, tentu saja, secara negatif," ujarnya menambahkan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement